Pematangsiantar ( SIB)
Buku Merajut Asa, yang ditulis oleh enam orang pendeta perempuan, yakni Pdt Basa Rohana Hutabarat MMin, Pdt Debora Purada Sinaga MTh (Kadep Diakonia HKBP), Pdt Dr Darwita Purba, Pdt Dr Dorkas Orienti Daeli, Pdt Mey Kristina N Hutasoit MTh, dan Pdt Lucia Tobing MTh, dilaunching, Selasa (30/8), di Kompleks Panti Asuhan Elim HKBP, Jalan Ahmad Yani Pematangsiantar.
Pdt Basa Rohana Hutabarat kepada SIB, seusai acara tersebut , mengungkapkan buktu tersebut , menggambarkan perjalanan dan pergumulan para perempuan pelayan atau sebagai pendeta.
Pergumulan panjang di berbagai aspek, yang meneriakkan keadilan gender terus berproses.
Hal ini semakin mengukuhkan eksistensi perempuan pelayan sumatera ,dimana tahbisan pendeta itu telah diterima oleh gereja sejak 30 an tahun lalu.
Pada launching buku tersebut, 6 orang pendeta itu mengungkapkan pengalaman masing-masing, dalam menghadirkan keadilan gender, baik di tengah pelayanan gereja maupun dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.
Buku ini sangat menginspirasi para perempuan pelayan untuk terus menggulirkan keadilan gender.
Sementara itu, penanggap dari buku Merajut Asa adalah Pdt Dr Batara Sihombing, yang adalah Sekjen HKI periode 2015-2020; Pdt Dr Deddy Fajar Purba, Ephorus GKPS dan Dr Asima Yanti Siahaan Dosen USU.
Ketiganya adalah orang-orang yang terus berjuang untuk keadilan gender di Sumatera Utara. Pada kesempatam tersebut, diserahkan buku kepada undangan yang hadir.
"Mengapa buku tersebut diberi judul Merajut Asa, karena pengharapan demi pengharapan dalam proses perjalanan pelayanan perempuan ini, semakin membuahkan buah yang manis dimana telah terdapat pimpinan sinode dari unsur perempuan di beberapa gereja atau sinode, begitu juga di lembaga atau institusi baik oikumenis maupun pendidikan.
Perempuan tidak dapat berhenti sampai disini saja. Mengingat perjuangannya dalam mencapai ini, akan berlangsung terus.
Bagaikan perempuan yang merajut suatu pakaian. Tidak dapat selesai dalam waktu satu atau 2 hari.
Buku Merajut Asa ini dipersembahkan untuk para perempuan dan laki-laki yang dapat menghargai harkat dan martabat manusia ciptaan Tuhan," ujar Pdt Basa. (D3/c)