Mewabahnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Lumphy Skin Dissae (LSD) pada hewan ternak khususnya sapi, membuat masyarakat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) kebingungan untuk berkurban pada Idul Adha nanti.
Pasalnya, panitia kurban di sejumlah pemukiman masyarakat menolak untuk mengelola kurban, karena khawatir penyakit yang tengah mewabah tersebut akan membuat mereka mendapat masalah.
"Nggak tahu mau kurban di mana, karena yang biasa menghimpun dana untuk pembelian hewan kurban sekaligus panitia penyembelihan di sini menolak. Mereka khawatir penyakit yang mewabah pada lembu saat ini nanti jadi masalah," kata Linawati (59) warga Lingkungan VI, Kelurahan Kotapinang, Kecamatan Kotapinang, Jumat (1/7/2022).
Hal senada diutarakan M. Jahir, warga Lingkungan Kalapane, Kelurahan Kotapinang. Menurutnya, panitia khawatir untuk menyembelih hewan kurban, karena tidak ada jaminan terhadap kesehatan hewan yang akan dikurban.
Kondisi tersebut berdampak pada menurunnya omzet penjualan sejumlah penyedia hewan kurban. Nurman Hasibuan, 35 penyedia hewan kurban warga Desa Mandalasena, Kecamatan Silangkitang mengatakan, biasanya setiap Idul Adha dapat menjual 10 hingga 15 ekor sapi, namun sekarang jauh menurun.[br]
"Idul Adha tinggal beberapa hari lagi, hewan kurban yang terjual masih berkisar 3 ekor. Permintaan jauh menurun karena PMK dan LSD," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Labusel, Azaman yang dikonfirmasi mengatakan, hingga kini belum ada penularan PMK yang menimpa hewan ternak berkaki empat di Kabupaten Labusel.
Menurutnya, kalau pun ada saat ini hanya kasus LSD, namun tidak menular kepada manusia.
"Belum ada PMK di Labusel. Kondisi hewan ternak kita masih aman," katanya.
Di tempat berbeda, Plt Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial Setdakab Labusel, Cintra mengatakan, meskipun saat ini PMK dan LSD pada hewan ternak mewabah, Pemkab tetap akan melakukan penyembelihan hewan kurban. Menurutnya, hewan yang disembelih merupakan kurban para ASN. (*)