Masyarakat Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun melakukan aksi demo menolak konversi tanaman teh menjadi sawit di kebun Bah Butong mulai pukul 11.00 hingga 17.00 WIB, Selasa (28/6).
Dalam aksi tersebut, kurang lebih 400 masyarakat yang tergabung dalam PPSI (Perkumpulan Parsidamanik se-Indonesia) ikut serta dalam demo penolakan konversi teh menjadi sawit di depan kebun Bah Butong.
Kemudian pukul 13.00 WIB, seluruh masyarakat menuju lahan yang akan dikonversi dan langsung memberhentikan segala aktivitas alat berat yang sedang beroperasi di lokasi tersebut.
Koordinator aksi Bungaran Nainggolan kepada wartawan mengatakan, bahwa mereka sudah melakukan unjuk rasa kedua kalinya.
"Ini adalah aksi yang kedua, yang kami lakukan bersama masyarakat Sidamanik untuk meminta pihak PTPN Sidamanik menghentikan semua kegiatan yang berhubungan dengan konversi teh ke sawit," tegas Bungaran Nainggolan yang merupakan Sekretaris Jendral Perkumpulan Parsidamanik se-Indonesia.
Dikatakannya, tidak ada lagi negosiasi dengan pihak Kebun Teh Sidamanik, dimana pihak perkebunan tidak mendengar tuntutan mereka sejak beberapa hari yang lalu.[br]
"Tidak ada lagi negoisasi, semua alat berat harus berhenti dan keluar dari lokasi ini," tegasnya.
Dia menambahkan, pihaknya akan turun ke Kantor Direksi PTPN IV yang ada di Medan, jika operasi atau kegiatan konversi ke teh masih dilanjutkan.
Soal kerugian yang diutarakan pihak perkebunan Teh Sidamanik, massa meminta data riil jika memang benar perusahaan merugi selama puluhan tahun.
Massa menganggap, bahwa isu kerugian hanya bualan belaka pihak perkebunan, yang dimana aktivitas karyawan, pabrik hingga bonus petinggi PTPN IV Sidamanik masih keluar.
"Kalau memang merugi, kenapa masih ada kegiatan, kenapa masih ada pabrik, kenapa masih ada karyawan, kenapa bonus mereka keluar," ucap Bungaran.
Massa juga mengancam, apabila aktivitas konversi tetap dijalankan, akan ada korban. "Korbannya bukan manusia, tetapi alat berat akan kami bakar," ancam Bungaran.
Dasar penolakan konversi teh ke sawit juga diterangkan Bungaran, menurutnya, wilayah Sidamanik tidak pantas ditanami sawit, karena geografis daerah tersebut adalah daerah dingin, yang dimana tidak ada sejarahnya di daerah dingin ditanami sawit.
"Tidak ada sejarahnya di daerah dingin itu ditanami sawit, karena kadar minyaknya itu berkurang dan tidak maksimal," ucapnya.
Dia kembali menegaskan, masyarakat Kecamatan Sidamanik, Pematang Sidamanik, menolak tanaman sawit di tanam di Perkebunan Teh Sidamanik. "Jika mereka tidak bisa lagi mengelola teh, kembalikan lahan itu kepada masyarakat," ungkapnya.
Kemudian, setelah menemui pihak PTPN IV Kebun Teh Sidamanik dalam diskusi kecil, Bungaran mengatakan pihak PTPN IV Kebun Teh Sidamanik tidak berani membuat surat perjanjian, penghentian alat berat untuk tidak bekerja lagi.[br]
"Tidak ada realisasi dari pihak kebun, jadi kita akan bertahan dan besok kita akan kembali turun ke sini," tutupnya.
Sementara Manohara Siallagan salah satu warga yang menolak berjanji, apabila dalam waktu 3x24 jam sejak hari ini alat berat tetap beroperasi, mereka akan bakar dan siap menjadi tumbal demi tanah kelahiran mereka. Perlu diketahui, masyarakat Kecamatan Sidamanik hanya minta lahan itu tidak dikonversi menjadi sawit, selebihnya tidak ada, ungkapnya.
Pangulu Tigabolon Marisno Sitio SP menegaskan, agar segala kegiatan di lapangan dihentikan sampai keputusan ada.
“Ini masih aksi yang kedua, jangan sampai aksi berikutnya bisa menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan,” katanya.
Terpisah, Asisten SDM Sidamanik Ravi saat diwawancarai mengaku akan menyampaikan ke kantor direksi terkait demo penolakan masyarakat atas pengalihan teh ke sawit, tutupnya. (D10/a)