Deliserdang (SIB)
Ketua Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) SU, Dr Naslindo Sirait SE Ak MM, minta sejumlah program yang digariskan bidang-bidang dalam kepengurusan baru PIKI SU harus diimplementasikan maksimal sebagai wujud dari langkah menransformasikan pikiran-pikiran dalam tindakan terbaik. “Tidak hanya sampai di situ, PIKI harus menjadikan warga gereja sebagai kelompok creative minority. Sebelum berupaya ke sana, PIKI yang harus terlebih dahulu menjadi creative minority,†tegasnya dalam Pleno I pasca pengukuhan kepengurusan masa bakti 2021 - 2026 di Politeknik Wilmar Bisnis Deliserdang, Sabtu (9/4).
Doktor ekonomi dari Unand Padang itu mengatakan, sebagai warga minoritas jangan berkutat pada kuantitas karena pemikiran seperti itu akan menjadi penyekat untuk maju lebih maksimal. “Kita harus berpola pikir PIKI et scholarium yakni untuk pembentukan minoritas yang berdaya cipta bagi pembangunan dan pembaharuan masyarakat dan negara. Bila sudah demikian, tugas PIKI melangkah pada mengupayakan menjadikan warga gereja kelompok creative minority,†tegasnya didampingi sejumlah anggota Dewan Pakar seperti Prof Dr Himsar Ambarita MT, Penasihat Sihar Cibro, tokoh Kristen Indonesia Sanggam SH Bakkara.
Sebelumnya, pada pleno yang dipimpin Steering Committee Tonggo R Pardede, Delphi Masdiana Udjung SH MSi, Henry Sibarani SE Ak MSi dengan pengarah Sekretaris Kamser M Sitanggang SE Ak, seluruh bidang melaporkan program kerja dengan ragam persoalan aktual di tengah masyarakat.
Bantors Sihombing SSos MSi dan Jahartap Justin Pasaribu ST MT dari Bidang Informasi dan Komunikasi, misalnya, mengusulkan PIKI menyesuaikan dengan perkembangan media kekinian tanpa meninggalkan media mainstream yang terverifikasi serta menjadi kepercayaan publik di masyarakat.
Sejumlah program pun diusulkan Anton Panggabean SE MSi dan Drs Hotler Sinamo MM dari Bidang Kebijakan Publik yang mengusulkan PIKI harus sesegera mungkin menangkap isu terkini untuk mengedukasi masyarakat. “Hoax merajalela harus diimbangi dengan edukasi terarah dan benar,†ujar Anton Panggabean.
Dr Ir Rosiany Hutagalung MTh dari Bidang Perempuan dan Anak yang berharap PIKI secepatnya mengeksekusi keberpihakan pada perempuan yang jadi korban narkoba dan kini menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan. “Bila tidak ada action PIKI, semakin banyak perempuan Indonesia terperosok dan masa depan kita suram,†ujarnya yang dikuatkan pengalaman Pdt Dr Pangihutan Senagustian Hutagalung MTh dalam pelayanan di pelosok.
Naslindo Sirait mengapresiasi usulan tersebut. Hanya saja ia berharap, pendampingan pada masyarakat harus juga memosisikan publik sebagai subyek. “Ya itu tadi... menjadikan warga gereja sebagai kelompok creative minority. Cara itu mempercepat kemandirian,†tegasnya. “Creative minority dapat berkontribusi berkontribusi besar bagi pembangunan bangsa. Tidak hanya cukup hanya bersikap kritis, namun juga dituntut untuk kreatif dan berani menampilkan sesuatu yang berbeda sehingga mampu berkontribusi besar bagi pembangunan bangsa di masa mendatang.â€
Himsar Ambarita menuntun proses keterlibatan PIKI dengan landasan harus berpikir global dan bertindak parsial.
“Misalnya, di depan kita saat ini banyak warga, termasuk anak-anak Tuhan, butuh pendampingan. Itulah yang harus lebih dahulu dilayani,†jelasnya.
Ia meminta maaf karena pada pengukuhan PIKI Jumat (18/3) di HKBP Tanjung Sari Medan, tidak hadir. “Saat itu saya sudah menjalankan program PIKI di Samosir. Kebetulan bersama USU,†ujarnya.
Bendahara Bertha Marianna Silalahi SE AK CA menunjuk masih terbatasnya akses keuangan (baca: perbankan) warga gereja hingga upaya pemberdayaan ekonomi menghadapi hambatan. “Ini terkait dengan program UMKM negara yang masif membimbing usaha kecil,†ujarnya yang juga diaminkan Marta Lumbantobing SE MPSi yang Humasy PDAM Tirtanadi.
Untuk menyusun dan melengkapi usulan program tersebut, Pleno I menetapkan komposisi penyusun diketuai Harris Silalahi SSi dengan Sekretaris Jahartap Yustin Pasaribu ST MT dan anggota dr Sabam Simatupang, Pdt Dr Rosiany Hutagalung MTh, Pdt Steven Kumenit STh, Ir Gabarel Sinaga dan Deden R Simatupang SPt serta Erika Veronika Laoly.
Rapat didahului kebaktian dengan pengkhotbah Pdt Dr Rosiany Hutagalung MTh yang mengupas soal ajakan Yesus Kristus untuk bersatu dan sama-sama memberi pundak sebagai sandaran kaum papa.
Pada penutupan, khotbah disampaikan Pdt Steven Kumenit yang mengupas 1 Kor 12 : 12 - 23 dengan bahasan analogi Rasul Paulus bahwa PIKI alat Allah yang bekerja di dunia. “PIKI adalah satu kesatuan. Mulai ketua hingga anggota,†ujar pendeta familiar di lingkungan milenial tersbeut. (R10/d)