Gunungsitoli (SIB)
Sekelompok pemuda Nias yang tinggal dan berkarya di Jakarta melaksanakan diskusi pembangunan bersama elemen pemuda, jurnalis dan profesi lainnya di Gunungsitoli, Kamis (7/4).
Diskusi mengambil topik "Mengapa Kepulauan Nias tidak Beranjak Maju Ditinjau dari Perspektif SDM, Infrastruktur dan Teknologi (digitalisasi)". Narasumber praktisi hukum Desmen Hia MH dan Ketua Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (Gamki) Gunungsitoli, Karya Batee SSTP MAP, moderator Yones Laia MPsi.
Dalam paparannya, Desmen menyampaikan 3 hal alasan Nias tidak memiliki lompatan yang kuat dalam mengejar ketertinggalan antara lain, kendala infrastruktur menyangkut sulitnya pembebasan lahan dalam pembangunan. Kemudian, proses pembagunan yang dinilai kurang terencana sehingga kerap mengundang perdebatan. Selanjutnya perencanaan pendanaan.
Pembangunan juga dikatakan sering dimotori pihak non formal seperti Parpol, kelompok kepentingan pembisik, pihak penekan ibarat LSM, badan hukum dan yayasan. Kemudian media dan sistem komunikasi politik.
"Sesuai penelitian kita ada 5 kelompok yang membuat pemerintah gamang dalam mengambil keputusan mulai perencanaan hingga pengawasan pembangunan," jelas Desmen.
Sementara itu, Karya Batee, yang saat ini juga menjabat Kepala Bappeda Kota Gunungsitoli mengatakan, sesuai indikator makro, majunya suatu daerah ditentukan tiga pemangku kepentingan yang harus berkolaborasi, yakni pemerintah, masyarakat dan swasta. Pemerintah giat merangsang investor agar menanamkan modal sehingga lapangan kerja terbuka dan menghempang inflasi melalui harga kebutuhan yang seimbang.
Dalam pembangunan SDM dikatakan, Pemko Gunungsitoli kini menyadur kurikulum nasional dengan motto merdeka. "Kota Gunungsitoli mengembangkan kurikulum merdeka dengan belajar merdeka, mengefektifkan peran guru dan stakeholder, sangat efektif dalam pembelajaran masa Covid-19," jelasnya sembari menambahkan, pemberian beasiswa juga disemarakkan dalam pembangunan nyata SDM.
Karya Batee juga memaparkan Gunungsitoli dalam angka, yang mana indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan tertinggi di Pulau Nias. Diharapkan 4 daerah lainnya saling berlomba dalam pembenahan SDM.
Sementara dalam perencanaan pembangunan, Karya Batee tidak menampik adanya tekanan tekanan dalam pengambilan keputusan, sehingga pemuda pemuda ke depan diharapkan menjadi agen perubahan dalam perbaikan Pulau Nias secara umum.
Kegiatan diskusi cukup menarik dan alot dengan adanya saran bahkan kritik tajam dari para pemuda untuk kemajuan. (A19/f)