Pematangsiantar (SIB)
Warga Simarimbun Kecamatan Siantar Marimbun, selama 7 tahun lebih bertahan bertanam jagung. Alasannya, irigasi rusak dan tidak kunjung diperbaiki sehingga tidak dapat berfungsi penuh mendistribusikan air, mengairi lahan persawahan untuk ditanami padi.
Salah seorang warga tani, Edison Tobing, Rabu (9/3) mengatakan, lebih kurang 20 Ha lahan sawah beralih menjadi lahan kering dan ditanami jagung karena irigasi rusak.
Bendung irigasi yang rusak itu dikatakan berada di wilayah Kabupaten Simalungun, sedangkan lahan persawahan yang membutuhkan pengairan berada di wilayah Kota Pematangsiantar. Karenanya, untuk perbaikan irigasi tersebut, butuh atensi Pemprov Sumut.
Menurutnya, budidaya antara tanaman jagung dan padi ada untung - ruginya. Misalnya, hasil panen padi dapat disimpan dan menjadi persediaan kebutuhan keluarga hingga musim panen berikutnya. Sedangkan hasil panen jagung, biasanya langsung dijual menjadi sumber pendapatan keluarga tani.
"Hasil panen padi selalu disisakan dan disimpan untuk persediaan pangan keluarga menunggu panen berikutnya tiba. Kalau hasil panen jagung selalu langsung dijual dan uangnya biasanya cepat habis dibelanjakan," tutur Edison.
Namun, dalam bentuk pengolahan dan musim panen, tanaman jagung lebih mudah dirawat serta satu hamparan tertentu bisa panen tiga kali setahun. Demikian juga dalam beberapa kali tanam jagung dapat diterapkan systim TOT (Tanpa Olah Tanah), usai dipanen dikatakan langsung tanam lagi.
Sedangkan dalam kegiatan bertanam padi, butuh waktu lebih kurang 40 hari untuk pengolahan lahan. Dengan demikian, musim panen padi hanya dua kali dalam setahun.
Walaupun tanaman jagung menghasilkan keuntungan bagi petani, tetapi karena padi merupakan salah satu bahan pangan utama, maka masyarakat dikatakan lebih banyak mengharapkan lahan persawahan dapat diolah untuk menanam padi. (BR4/a)