Medan (SIB)
Ketua Komisi A DPRD Sumut Hendro Susanto berharap agar kasus "perseteruan" antara Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dengan pelatih biliar PON Sumut Khairuddin Aritonang alias Coki, jangan sampai berujung saling lapor ke polisi, tapi sebaiknya ditempuh dengan cara damai, agar persoalannya tidak melebar ke mana-mana.
"Sebenarnya permasalahan antara Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dengan Khairudin Aritonang alias Coki bisa diselesaikan secara kekeluargaan dan tentunya tidak akan semakin melebar," ujar Hendro Susanto kepada wartawan, Minggu (9/1) di Medan menanggapi adanya ancaman dari Gubernur melalui pengacaranya akan melaporkan balik pelatih biliar ke Polda Sumut.
Hendro mengaku prihatin mendengar ancaman tersebut, karena dengan melaporkan balik pelatih biliar Sumut ke Polda Sumut, permasalahan "jewer" dimaksud akan semakin panjang dan memperuncing persoalan.
Berkaitan dengan itu, Hendro menyarankan kepada pengacara Edy Rahmayadi agar secepatnya menjalin komunikasi dengan kuasa hukum Coki, demi menuntaskan permasalahan dimaksud.
"Saya rasa ada baiknya Gubernur perintahkan kuasa hukumnya untuk berkomunikasi dengan kuasa hukum Coki, duduk bersama dan berdiskusi untuk mendamaikan keduanya, agar saling memaafkan. Bukan sebaliknya saling melaporkan," sebutnya.
Ditambahkan anggota dewan Dapil Binjai - Langkat ini, sebagai Gubernur Sumut harusnya fokus menyelesaikan program-program yang telah direncanakan supaya berjalan tepat waktu. Bukan malah mengadukan masyarakat yang menuntut keadilan.
Apalagi dalam dua tahun ke depan, katanya, Sumut akan dihadapkan dengan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang akan berlangsung di Sumut dan Aceh. Sebaiknya, semua pihak fokus melakukan pembinaan demi meraih prestasi olah raga di daerah ini.
Berkaitan dengan itu, Hendro berharap Edy Rahmayadi dengan jiwa kesatria, selaku pimpinan di Sumut, mau melakukan permintaan maaf terhadap Coki, karena meminta maaf terlebih dahulu merupakan suatu perbuatan mulia.
"Mari saling maaf memaafkan. Ketimbang kita menghabiskan waktu berdebat dengan polemik "jewer" tersebut, lebih baik duduk bareng dan saling meminta maaf itu bukan suatu yang tabu, karena orang yang pertama meminta maaf, memiliki jiwa patriotik, kesatria walau dia seorang pemimpin dan atasan," kata Hendro.
Wakil Ketua F-PKS ini pun tak menampik, bahwa situasi yang terjadi saat ini akan menguji sikap kenegarawan Edy Rahmayadi agar masalahnya dapat segera dituntaskan dan tidak lagi menjadi liar di tengah-tengah masyarakat. (A4/a)