Medan (SIB)
Disinyalir, 60 persen supir angkutan kota (angkot), terlibat narkoba. Hal ini disampaikan Jumongkas Hutagaol kepada media, Rabu (8/12), menjawab pertanyaan terkait kondisi angkot di Kota Medan, khususnya supir.
"Saya menduga, 60 persen supir angkot terlibat narkoba. Hal ini berdasarkan laporan maupun pengamatan yang ditemukan di lapangan," kata tokoh transportasi Sumut ini.
"Namun, apakah benar 60 persen atau tidak, bukan di situ persoalannya. Sekarang ini bobroknya kondisi angkutan kota memang terasa, khususnya karena perilaku supir. Dan saya rasa di hampir seluruh angkutan umum itu sudah terjadi. Buktinya seperti yang kejadian kemarin," katanya.
Kondisi inilah yang menurutnya membuat angkot semakin sulit bersaing. "Jadi bukan hanya karena adanya angkutan aplikasi. Tapi perilaku supir juga membuat angkot konvensional jadi tertinggal dan terpuruk. Banyak pemilik angkot menghentikan operasional karena persoalan perilaku supir ini," ungkap pengelola Trans Metro Deli ini.
Sebebas apa pun misalnya plafon dari pemerintah, dengan kondisi seperti sekarang ini, menurutnya, angkot konvensional tetap sulit bersaing.
Jumongkas pun menegaskan, bahwa persoalan ini harus jadi perhatian semua pihak, untuk kemudian bersama-sama membuat solusi tepat. Dalam hal ini ia pun berharap peran Organda, khususnya untuk membina para supir.
"Yang kita pahami, Organda adalah organisasi angkutan darat, di mana salah satu unsur penting dalam angkutan darat adalah supir. Sehingga kita berharap, agar Organda bisa melakukan semacam pembinaan atau bahkan penertiban. Sehingga supir angkot benar-benar terseleksi," sebut figur yang sudah 40 tahun lebih menggeluti dunia transportasi ini.
Lanjutnya lagi, harus jadi pemahaman bersama, bahwa dalam perusahaan angkutan, salah satu ujung tombak pengelolaannya adalah para supir. Sehingga menurut Jumongkas, adalah memang sangat pantas, apabila para supir angkor mendapatkan pembinaan dari Organda.
"Termasuk soal narkoba ini. Kalau vaksin bisa gratis, kenapa test narkoba tidak bisa gratis? Saya kira Organda bisa bekerja sama dengan BNNK atau BNNP setempat dalam hal ini," pintanya.
Oleh karena itu, sekali lagi Jumongkas berharap peran Organda dan Dinas Perhubungan untuk mengatasi persoalan angkot, khususnya soal perilaku supir. “Contohlah yang ada di Trans Metro Deliâ€, katanya.
"Di Trans Metro Deli, seleksi dan pengawasan terhadap semua kru termasuk supir sangat ketat. Sehingga hasilnya tampak di lapangan, bahwa sejauh ini, masyarakat merasakan pelayanan yang baik dan humanis," tutupnya. (R4a/Rel/c)