Medan (harianSIB.com)
Mewujudkan wisata kesehatan di Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), dibutuhkan team work dan juga etos kerja yang baik termasuk semangat dalam memberikan pelayanan.
Hal ini dikatakan Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Sumut, Destanul Aulia SKM MBA MEc PhD saat menjadi pembicara di workshop peningkatan wisata minat khusus yaitu wisata kesehatan yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, Kamis (21/10/2021).
Di Sumut terdapat tiga prospek wisata medis salah satunya RS Siloam, dan prospek wisata kebugarannya ada oukup, pemandian air panas, pengobatan tradisional alat vital dan wisata kesehatan rohani ada taman museum iman yang bisa diunggulkan. Namun untuk mewujudkan wisata kesehatan ini dibutuhkan pembenahan budaya kerja.
"Kita perlu dibenahi secara kultural. Budaya kerja kita sifatnya masih menunggu tidak responsif. Kalau kita ke Malaysia para perawatnya itu tetap menggunakan rok tapi kalau berjalan selalu cekatan dan cepat. Ini budaya kerja yang berbeda dengan kita. Pengalaman saya, kalau Indonesia pelayanan para pekerja kesehatan tidak cekatan, terbalik kalau dokter disini mau cepat saja. Jadi perlu ada perubahan pada etos kerja begitu juga dibutuhkan teamwork, kalau ada team work maka akan bisa memasarkan hal-hal positif di wisata kesehatan yang ada. Di Indonesia khususnya Sumut memiliki potensi asal potensi itu dikelola dengan baik," ujarnya.
Di hadapan para peserta, Destanul juga membeberkan beberapa hal penting tentang wisata kesehatan seperti kemunculan wisata kesehatan, tren wisata kesehatan dunia, klasifikasi wisata kesehatan, wisata kesehatan Indonesia, kepergian wisatawan Sumut, layanan wisata kesehatan yang dicari wisatawan kesehatan Sumut , potensi wisata kesehatan di Sumut.
Katanya, dari beragam bentuk wisata yang paling berkembang saat ini adalah wisata kesehatan. Di mana wisata kesehatan sebutnya adalah fenomena komersial masyarakat industrial yang melakukan perjalanan semalaman dari tempat tinggalnya dengan tujuan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan mereka.
Kemunculan wisata kesehatan ini, katanya, sudah ada sejak zaman purba di mana orang-orang dahulu mengunjungi kolam air panas dan mineral atau pun melakukan pemujaan untuk tujuan kesehatan. Begitu juga pada zaman Yunani kuno, pasien melakukan perjalanan ke daerah Mediterranean untuk penyembuhan penyakit sedangkan di Bath, Inggris pasien melakukan perjalanan ke Aquae, Roma untuk meminta penyembuhan dengan beribadah dan melakukan mandi.
Sedangkan pada zaman saat ini wisata kesehatan telah diperluas termasuk konsep kebugaran, perawatan, pengobatan, perawatan alternatif, dan fitnes. "Alasan masyarakat Sumut berwisata kesehatan adalah meminimalisir biaya perawatan, nasihat atau rujukan keluarga, kemudian isu yang berkembang di masyarakat diantaranya cepat sembuh, layanan baik, tidak mahal dan sambil berwisata," sebutnya.
Kemudian, kebanyakan masyarakat Sumut mengunjungi wisata kesehatan yakni ke Semenanjung Malaysia pada tahun 2000 hingga 2018 terus mengalami kenaikan dari angka 20 ribu jiwa naik hingga mencapai 140 jiwa. Dimana 72 persen pasien itu sebagai wisata medis melakukan intervensi seperti pembedahan dan lainnya.
Ia juga menjelaskan layanan yang biasa dicari wisatawan Sumut yakni pemeriksaan kesehatan, onkologi dan kardialogi. Padahal katanya di Indonesia ada 14 tempat wisata kesehatan unggulan yang bisa dilakukan masyarakat yakni diantaranya RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, RSPAD Gatot Soebroto, RS Jantung dan Pembuluh Harapan Kita dan lainnya.
Sedangkan wisata kebugaran ada Taman Sari, Royal Heritage Spa, Martha Tilaar Spa, tanaman obat dan obat tradisional. Ia berharap ini bisa terwujud jika ada pembenahan-pembenahan menyeluruh sehingga wisata kesehatan ini dapat menjadi pilihan wisatawan.
Sebelumnya, Direktur Direktur Bidang Wisata Alam, Budaya, dan Buatan Kemenparekraf, Alexander Reyaan mengatakan wisata medis telah diinisiasi sejak tahun 2012 dan merupakan salah satu dari empat jenis wisata kesehatan yang dikembangkan bersama oleh Kemenkes dan Kemenparekraf/Baparekraf, dengan tiga jenis lainnya adalah Wellness & Herbal Tourism, Sport Health Tourism dan Wisata Ilmiah Kesehatan. Pengembangan wisata kesehatan hingga tahun 2025 terfokus pada Medical Tourism dan Wellness & Herbal Tourism.
"Dalam rangka mengembangkan wisata kesehatan di Indonesia, perlu upaya-upaya adaptif dan inovatif yang melibatkan kolaborasi dari seluruh ekosistem wisata Kesehatan untuk bisa bersama-sama menjadi pandemik winner. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Wisata Minat Khusus “Wisata Kesehatan†di Provinsi Sumut ini. Pandemi Covid-19 kita jadikan momentum untuk membenahi sektor pelayanan kesehatan. Sehingga mulai dari sekarang bahkan sampai ketika border sudah dibuka, setidaknya kita mampu menahan warga negara Indonesia untuk tetap berobat dan berwisata #DiIndonesiaAja," tutupnya. (*)