Medan (SIB)
Selain merevitalisasi kawasan Kota Lama Medan, Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution juga akan menjadikan sungai sebagai daerah wisata heritage, mengingat sejarah berdirinya Kota Medan yang berawal dari pertemuan Sungai Deli dan Babura. Keinginan itu muncul pasca Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II menyetujui normalisasi Sungai Deli, Babura dan Bedera, sebagai upaya untuk meminimalisir banjir di Kota Medan.
Dikatakan Wali Kota di Medan, Jumat (2/7), setelah dilakukan normalisasi ketiga sungai itu, dirinya melihat peluang yang cukup besar untuk menjadikan sungai sebagai objek wisata yang memiliki nilai heritage. Hal itu sekaligus mengingat sejarah Kota Medan yang terbentuk karena pertemuan antara Sungai Deli dan Babura.
“Kita akan kembangkan sungai sebagai wisata heritage. Sebab, penataan heritage merupakan salah satu program prioritas utama Pemko Medan. Untuk mewujudkan hal ini, tentu kita harus berkolaborasi dengan berbagai pihak, terutama kelompok masyarakat yang rutin menggelar kegiatan di sungai,†katanya.
Keinginan Wali Kota dibenarkan Kepala Bappeda Kota Medan Benny Iskandar, ketika diwawancara wartawan. Dikatakan, sejarah sungai dimulai dari kampung kecil yang dulu bernama Medan Putri, hasil pertemuan Sungai Deli dan Babura, persisnya di samping Wisma Benteng.
Disebutkan, nantinya di lokasi pertemuan kedua sungai itu nantinya akan dibuat taman bernuansa heritage dan kekinian. Setelah itu, nanti juga akan ada tempat jogging dan berkumpulnya anak muda di daerah Kesawan Medan, serta taman-taman di sempadan sungai yang dapat digunakan menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda dilengkapi dengan wifi dan media komunikatif lain.
“Penekanan heritagenya, sungai menjadi bagian depan Kota Medan, sesuai sejarah lahirnya Kota Medan dari pertemuan dua sungai. Artinya, bangunan yang ada tidak lagi membelakangi sungai, tetapi menghadap sungai dengan jalan speksi di dalamnya. Kemudian, titik-titik heritage seperti Kampung Medan Putri dan Kesawan harus dihubungkan jalur pedestrian, sehingga orang nantinya menghargai sejarah Kota Medan,†jelasnya.
Menjawab wartawan, Benny mengaku hal itu akan dilakukan pada tahun 2023 didukung Kementerian PUPR RI. Saat ini sedang ditunggu desain normalisasi atau penampakan sungai dari BWSS II. “Desain sungai belum final, karena belum selesai dikerjakan oleh konsultan ESP yang datang ke Pemko Medan beberapa waktu lalu. Padahal, Pak Menteri minta gambarnya selesai bulan Agustus, tapi hingga kini belum ada progress. Dengan tidak adanya gambar, tentu kita tidak bisa menjalankan hal-hal lain seperti anggaran yang akan ditawarkan untuk CSR,†paparnya. (Rel/A16/a)