Tapanuli Utara (SIB)
Proyek pembangunan jaringan irigasi sumur air dangkal di Desa Hutatoruan I Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) terkesan mubajir. Pasalnya, proyek yang lebih dikenal dengan istilah pompanisasi sumur bor itu dibangun hanya berjarak sekira delapan meter dari saluran air yang masih berfungsi untuk mengairi areal persawahan.
"Sirkulasi air di areal persawahan ini sangat lancar. Sebab areal sawah dikelilingi jaringan irigasi yang berfungsi dengan baik karena sumber airnya lancar mengalir. Yang terpenting rajin dibersihkan agar tidak ada penyumbatan," ungkap salah seorang warga yang mengaku marga Lumbantobing kepada SIB, Rabu (17/2).
Proyek sumur air dangkal tersebut dibangun pada akhir tahun 2020 dari sumber dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada Dinas Pertanian Taput dengan pagu anggaran Rp 189 juta rupiah.
Pantauan SIB di lapangan, bangunan utama didirikan tepat berada di tengah areal persawahan. Sekira 8 meter sebelah kiri bangunan terdapat jaringan irigasi. Sebelah kanan bangunan, berjarak sekira 20 meter juga terdapat jaringan irigasi. Kedua jaringan irigasi ini sirkulasi air terlihat lancar.
Selain bangunan utama tadi, di lokasi terlihat ada dua bangunan bak penampungan air yang juga sangat berdekatan dengan jaringan irigasi yang memang sudah ada di areal persawahan tersebut.
Melihat kondisi itu bila dibandingkan di Desa Onanrunggu I Kecamatan Sipahutar, sumber air dangkal sangat dibutuhkan. Namun di desa tersebut, tahun 2020, proyek sumur air dangkal tidak ada dibangun. Padahal areal lahan kebun di lokasi tersebut sangat luas. Apalagi di musim kemarau seperti sekarang ini, para petani sangat kesulitan untuk mencari sumber air untuk mengairi kebun. Tanaman di kebun tersebut menjadi kekurangan air.
Salah seorang warga Desa Onan Runggu I, G Simanjuntak yang diminta tanggapannya oleh SIB via telepon selulernya mengatakan, sumur air dangkal itu jelas sangat diperlukan para petani di Desa Onan Runggu I.
"Sebab areal kebun lahan kering sangat luas di Desa Onan Runggu I. Saat musim kemarau, petani di sini sering kewalahan mencari air untuk kebutuhan tanaman, " ungkapnya.
Kepala Dinas dan Perkebunan Kabupaten Taput, SEY Pasaribu yang dikonfirmasi SIB mengatakan, pembangunan sumur bor di Desa Hutatoruan I dalam rangka mendukung peningkatan IP 2 dengan pola tanam padi sawah dan kemudian tanaman palawija.
"Untuk mencapai itu, salah satu faktor produksi yang perlu dipersiapkan adalah ketersediaan air sepanjang musim. Mengingat kondisi lahan sawah yang ada di Desa Hutatoruan I pada saat musim kemarau sering terjadi kekeringan sehingga seringkali mengakibatkan gagal panen, " jelasnya.
Oleh karena itu, SEY Pasaribu menjelaskan, Dinas Pertanian mencoba mengatasi masalah ini dengan mengalokasikan 1 unit kegiatan pembangunan sumur air dangkal sehingga lahan persawahan dapat dimanfaatkan untuk pertanaman sepanjang tahun.
"Mengingat luasan kepemilikan lahan sawah rata-rata skala kecil, maka dengan upaya peningkatan IP 2 dengan pola tanam seperti itu, akan dapat menambah pendapatan masyarakat petani," terangnya. (G02/f)
Sumber
: Hariansib edisi cetak