Selasa, 15 April 2025

Trump Ngamuk ! China Dihajar Tarif Impor 104 Persen

Robert Banjarnahor - Rabu, 09 April 2025 12:21 WIB
379 view
Trump Ngamuk ! China Dihajar Tarif Impor 104 Persen
REUTERS
Foto kolase Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping.
Jakarta(harianSIB.com)

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali menaikkan tarif impor terhadap produk-produk asal China menjadi 104 persen. Langkah ini diambil sebagai respons atas tindakan balasan China terhadap kebijakan tarif yang diumumkan Trump pada pekan sebelumnya.

Pada pekan lalu, Trump telah memberlakukan tarif sebesar 34 persen terhadap produk China. Namun, setelah China merespons dengan menaikkan tarif atas barang-barang impor asal AS, Trump pun mengamuk dan menambahkan 50 persen lagi ke dalam tarif tersebut.

Baca Juga:


Kenaikan tarif ini berlaku di atas rata-rata tarif dagang yang sudah diberlakukan sejak era Presiden Joe Biden, yaitu sekitar 20,8 persen terhadap produk China.

Baca Juga:

Sebelumnya, pada Maret 2025, Trump juga telah menetapkan tambahan tarif sebesar 20 persen untuk sejumlah komoditas impor dari China.

"Mulai hari Rabu, total tarif rata-rata ekspor China ke AS akan melonjak hingga hampir 125 persen," dikutip dari laporan CNN, Selasa (8/4).

Perhitungan itu berdasarkan pernyataan Sekretaris Pers Karoline Leavitt. Dia menegaskan Trump tak mau mengalah dengan perlawanan China melalui perang tarif.

"Negara-negara seperti China, yang memilih untuk membalas dan mencoba menggandakan perlakuan buruk mereka terhadap pekerja Amerika, telah melakukan kesalahan," kata Leavitt, Selasa (9/4).


"Presiden Trump memiliki tulang punggung baja, dan dia tidak akan patah," imbuhnya.

Leavitt menyebut China ingin membuat kesepakatan, tetapi tidak tahu caranya. Saat ditanya apakah ada kemungkinan Trump menurunkan tarif dagang China, Leavitt menolak menjawab.

China menjadi negara kedua sumber impor AS tahun lalu. China memasok barang-barang dengan total harga US$439 miliar atau sekitar Rp7.440 triliun (asumsi kurs Rp16.945 per dolar AS).

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru