Senin, 16 Desember 2024

Tanker Rusia Terbelah Dihantam Badai, Ribuan Ton Minyak Cemari Laut

Robert Banjarnahor - Senin, 16 Desember 2024 16:22 WIB
53 view
Tanker Rusia Terbelah Dihantam Badai, Ribuan Ton Minyak Cemari Laut
Foto: Tangkapan layar YouTube
Kapal tanker Volgoneft 212 terbelah dua akibat hantaman badai dahsyat di Selat Kerch, Laut Hitam, Minggu (15/12/2024).
Jakarta (harianSIB.com)
Selat Kerch di Laut Hitam kembali menjadi lokasi bencana lingkungan besar setelah kapal tanker minyak Rusia, Volgoneft 212, pecah akibat badai dahsyat pada Minggu (15/12/2024). Kapal yang mengangkut ribuan ton minyak itu terbelah dua, menyebabkan muatannya tumpah ke laut.

Di lokasi yang sama, kapal tanker lain bernama Volgoneft 239 juga mengalami kerusakan parah dan terdampar, memperparah ancaman lingkungan serta krisis kemanusiaan di kawasan tersebut.

Volgoneft 212, kapal berbendera Rusia sepanjang 136 meter, tengah melintasi Selat Kerch—jalur strategis yang menghubungkan daratan Rusia dengan Crimea yang dianeksasi pada 2014—saat dihantam badai hebat. Kapal ini sempat mengirim sinyal darurat sebelum akhirnya pecah menjadi dua, dengan bagian depannya tenggelam ke dasar laut.

Baca Juga:

Dari 15 awak kapal yang berada di atasnya, satu orang dilaporkan tewas, sementara 12 lainnya berhasil dievakuasi, meskipun dua di antaranya mengalami luka serius.

Kementerian Situasi Darurat Rusia, dikutip dari CNBC Indonesia melaporkan, bahwa kapal kedua, Volgoneft 239, sepanjang 132 meter, mengalami kerusakan dan terdampar 80 meter dari pantai dekat pelabuhan Taman, di ujung selatan Selat Kerch. Kapal ini membawa 14 awak yang masih dalam kondisi aman, meskipun upaya evakuasi harus ditunda karena cuaca buruk.

Baca Juga:

"Tim penyelamat terus berkomunikasi dengan kru kapal Volgoneft 239. Kapal memiliki fasilitas yang cukup untuk menjamin keselamatan para awak," demikian pernyataan Kementerian Situasi Darurat, dilansir dari Reuters.

Video yang beredar di media sosial menunjukkan kondisi kapal Volgoneft 212 yang sebagian terendam air, dengan ombak besar menghantam dek kapal. Rekaman lain menunjukkan air laut yang telah menghitam akibat tumpahan minyak.

Kedua kapal tanker, yang masing-masing memiliki kapasitas muatan sekitar 4.200 ton produk minyak, beroperasi sejak era Soviet dengan konstruksi yang kini dinilai sudah usang-Volgoneft 212 dibangun pada 1969, sementara Volgoneft 239 pada 1973.

Kepala pengawas sumber daya alam Rusia, Svetlana Radionova, menyatakan bahwa tim ahli sedang melakukan penilaian atas kerusakan lingkungan yang terjadi di lokasi insiden. Namun, belum ada laporan resmi mengenai jumlah minyak yang telah tumpah ke laut.

Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan pembentukan kelompok kerja untuk menangani operasi penyelamatan dan mengurangi dampak tumpahan minyak ini. Kremlin menyatakan bahwa lebih dari 50 personel dan sejumlah peralatan, termasuk helikopter Mi-8 dan kapal tunda penyelamat, telah dikerahkan ke lokasi insiden.

"Kita harus memastikan bahwa dampak lingkungan dari kejadian ini dapat diminimalkan secepat mungkin," ujar juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, setelah pertemuan Putin dengan para menteri terkait.



Adapun Selat Kerch merupakan jalur strategis untuk ekspor biji-bijian dan minyak Rusia, termasuk minyak mentah, minyak bakar, dan gas alam cair. Insiden ini berpotensi mengganggu aktivitas perdagangan di wilayah tersebut, selain menciptakan ancaman lingkungan yang signifikan.

Di tengah tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina, Selat Kerch juga menjadi titik sengketa internasional. Ukraina sebelumnya menuduh Rusia melanggar hukum laut internasional dengan mencoba mengontrol selat ini secara eksklusif.

*Cuaca Buruk dan Kritik Terhadap Keamanan Kapal

Cuaca buruk di kawasan Laut Hitam sering kali menjadi tantangan bagi operasional kapal, terutama kapal-kapal tua seperti Volgoneft 212 dan Volgoneft 239. Investigasi awal oleh otoritas Rusia telah membuka dua kasus pidana untuk menyelidiki kemungkinan pelanggaran keselamatan dalam pengoperasian kapal tersebut.

Namun, insiden ini juga menyoroti perlunya regulasi yang lebih ketat terhadap kapal tanker tua yang masih beroperasi di jalur-jalur penting seperti Selat Kerch.

"Kapal dengan usia lebih dari 50 tahun seharusnya sudah tidak lagi dioperasikan dalam kondisi cuaca ekstrem seperti ini," ujar seorang analis maritim yang tidak disebutkan namanya.

Adapun tumpahan minyak seperti ini memiliki dampak jangka panjang terhadap ekosistem laut. Wilayah Laut Hitam yang sudah menghadapi tantangan polusi kini harus menghadapi risiko tambahan akibat insiden ini. Banyak pihak menyerukan agar Rusia mengambil langkah lebih tegas dalam mengatasi kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru