Minggu, 22 Desember 2024

Mengungkap Penyebab Ratusan Mayat Dibiarkan di Gunung Everest

Robert Banjarnahor - Sabtu, 14 Desember 2024 10:29 WIB
253 view
Mengungkap Penyebab Ratusan Mayat Dibiarkan di Gunung Everest
(Istockphoto/sihasakprachum)
Sejumlah pendaki di Gunung Everest.
Jakarta (harianSIB.com)

Terletak di perbatasan Nepal dan Tibet, Cina, Gunung Everest yang sangat memukau dan merupakan gunung tertinggi di dunia memikat banyak pendaki di setiap musim semi untuk menaklukkan puncaknya.

Tidak sembarangan untuk bisa mendaki gunung ini, karena diperlukan pelatihan dan persiapan fisik yang matang selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Meskipun begitu, mencapai puncak Everest tak selalu menjamin keselamatan.

Baca Juga:

Setiap pendaki yang mencoba mendaki Everest mempertaruhkan nyawa dalam perjalanan yang bisa berlangsung berhari-hari menuju titik tertinggi di bumi.

Sejak eksplorasi pertama kali dimulai pada awal 1900-an, lebih dari 310 orang telah tewas saat mendaki Everest. Banyaknya korban jiwa membuat mayat-mayat pendaki menjadi pemandangan yang biasa ditemukan di sepanjang perjalanan.

Baca Juga:

"Sulit untuk percaya apa yang saya saksikan di sana," tulis pembuat film Everest, Elia Saikaly, di Instagram pada Mei 2019. Kematian. Kekacauan. Antrean. Mayat di sepanjang perjalanan, seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Pada tahun 2015, longsoran salju menewaskan sedikitnya 19 orang di Everest, namun jumlah kematian pendaki sepanjang 2023 telah melebihi angka tersebut. Tahun ini bahkan diprediksi akan menjadi tahun dengan jumlah pendakian terbanyak.

Nepal telah mengeluarkan 463 izin pendakian untuk mereka yang ingin mencapai puncak Everest. Dengan tambahan sherpa yang mendampingi, total ada sekitar 900 orang yang berusaha mendaki pada musim pendakian 2023, mencatatkan rekor jumlah pendaki terbanyak.

Ketika pendaki meninggal di Everest, sulit untuk memulangkan jenazahnya. Menurut laporan Business Insider, mayat pendaki terakhir yang dipulangkan menghabiskan biaya puluhan ribu dolar (dalam beberapa kasus, sekitar US$70.000) atau hingga Rp1 miliar.

Tak cuma biayanya yang sangat mahal, prosesnya juga berbahaya dan bisa berakibat fatal. Dua pendaki asal Nepal tewas saat mencoba mengambil jenazah dari Everest pada tahun 1984.

Karena alasan inilah, jenazah sering kali dibiarkan tergeletak di gunung. Lhakpa Sherpa, pemegang rekor sebagai wanita yang paling banyak mencapai puncak Everest, mengatakan dia melihat tujuh mayat dalam perjalanan ke puncak gunung pada tahun 2018.

Selama bertahun-tahun, ada kisah legenda yang sering diceritakan para pendaki Everest. Mereka bercerita tentang seorang pria mati yang mereka sebut "Sepatu Boots Hijau" yang beberapa kali terlihat tergeletak di sebuah gua sekitar 1.130 kaki dari puncak Everest.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru