Minggu, 16 Maret 2025

Kebangkrutan Usaha Hantam Jepang, 1000 Perusahaan Gulung Tikar dalam Sebulan

Donna Hutagalung - Rabu, 12 Juni 2024 23:22 WIB
691 view
Kebangkrutan Usaha Hantam Jepang, 1000 Perusahaan Gulung Tikar dalam Sebulan
Foto: SNN/Int
Ilustrasi Yen Jepang
Jepang(harianSIB.com)
Gelombang kebangkrutan dunia usaha melanda Jepang. Tercatat, ada 1.009 perusahaan di Negeri Sakura yang gulung tikar pada bulan Mei 2024.

Kondisi itu dilansir The Japan Times, Rabu (12/6/2024). Jumlah tersebut melampaui angka 1.000 per bulan untuk pertama kalinya sejak Juli 2013. Saat itu, perusahaan yang mengalami kebangkrutan akibat berakhirnya langkah-langkah dukungan pendanaan untuk usaha kecil yang diperkenalkan setelah krisis keuangan global tahun 2008.

Perusahaan riset kredit, Tokyo Shoko Research mencatat jumlah perusahaan di Jepang yang bangkrut melonjak 42,9% dari tahun sebelumnya.

Baca Juga:

Jumlah perusahaan yang bangkrut terbaru ini muncul lantaran banyak perusahaan berjuang menghadapi kenaikan harga serta kekurangan tenaga kerja terutama di sektor jasa. Data tersebut mencakup kebangkrutan yang melibatkan kewajiban sebesar ¥10 juta atau lebih dari Rp 1 miliar (dengan kurs Rp 103,59 per yen Jepang).

Sementara itu, total utang yang wajib dilunasi oleh perusahaan-perusahaan yang bangkrut turun 50,9% menjadi ¥137 miliar atau Rp14,19 triliun setelah angka tahun sebelumnya terdorong oleh bangkrutnya sebuah perusahaan besar.

Baca Juga:

Sementara, jumlah perusahaan yang bangkrut imbas kenaikan harga meningkat 47,4% menjadi 87 perusahaan. Di mana sebagian besar terjadi pada industri manufaktur dan transportasi yang memiliki banyak subkontraktor.

Selain itu, banyak juga bisnis kecil yang merasa kesulitan untuk membebankan biaya yang lebih tinggi pada harga.

Untuk perusahaan yang bangkrut karena menggunakan program pinjaman tanpa bunga dan agunan meningkat sebesar 15,5% menjadi 67 perusahaan.

Apabila dilihat dari industri, jumlah kebangkrutan bulanan mencapai rekor tertinggi yaitu 327 kasus di sektor jasa. Kebangkrutan meningkat terutama di kalangan operator restoran lantaran kekurangan tenaga kerja dan kenaikan biaya tenaga kerja.

Sementara itu, Tokyo Shoko Research mencatat jumlah perusahaan di Jepang yang bangkrut melonjak 42,9% dari tahun sebelumnya.

Perusahaan riset kredit ini pun memperingatkan, jumlah kebangkrutan terkait inflasi kemungkinan akan meningkat lebih lanjut.

Pasalnya, banyak perusahaan tidak mampu sepenuhnya menanggung biaya karena harga yang lebih tinggi di tengah melemahnya yen terhadap dolar. (*)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru