Taipei (SIB)
Jet-jet tempur Taiwan mengudara dalam latihan simulasi skenario perang pada pekan ini. Latihan ini dimaksudkan untuk memamerkan kesiapan tempur armada udara Taiwan setelah belasan pesawat militer China terbang memasuki zona pertahanan udara negara itu pada akhir pekan lalu.
Seperti dilansir, Selasa (26/1), Taiwan ada di ujung tanduk sejak penyusupan skala besar yang dilakukan oleh jet-jet tempur dan pesawat pengebom berkemampuan nuklir milik China ke bagian barat daya zona identifikasi pertahanan udara Taiwan, Sabtu (23/1) dan Minggu (24/1) waktu setempat. Pada saat bersamaan, kapal induk AS memasuki wilayah perairan Laut China Selatan yang menjadi sengketa.
Pangkalan militer di kota Tainan, yang menjadi rumah armada jet tempur F-CK-1 Chingkuo, kelompok Indigenous Defence Fighters (IDF), diketahui kerap mengerahkan jet tempur untuk mencegat pesawat-pesawat militer China.
Dalam simulasi itu, awak penerbangan dari First Tactical Fighter Wing bergegas mengerahkan dua jet IDF saat alarm berbunyi, dengan tujuan menerbangkan kedua jet tempur dalam waktu lima menit setelah panggilan darurat.
Jet-jet tempur Taiwan itu dipersenjatai dengan rudal udara-ke-udara Sidewinders buatan Amerika Serikat (AS) dan rudal udara-ke-daratan Wan Chien buatan dalam negeri Taiwan.
Kolonel Lee Ching-Shi dari militer Taiwan menuturkan kepada Reuters bahwa jet-jet tempur mereka biasanya mengudara dengan membawa senjata, seperti rudal Sidewinders dan rudal Sky Sword buatan Taiwan saat dikerahkan mencegat jet-jet tempur China dan mereka bisa merespons 'kapan saja'.
"Kita siap," tegas Kolonel Le. "Kita tidak akan menyerahkan satu inci-pun wilayah kita," imbuhnya.
Dalam simulasi itu, empat jet tempur IDF melakukan formasi taktis saat pendaratan dan latihan lepas landas dalam waktu cepat.
China tidak memberikan penjelasan publik atas apa yang dilakukan jet-jet tempur dan pesawat militernya pada akhir pekan. AS merespons dengan menyerukan China untuk berhenti menekan Taiwan dan menegaskan komitmennya terhadap Taiwan.
Angkatan Udara Taiwan terlatih dengan baik, namun memiliki jumlah jet tempur yang lebih sedikit dibandingkan China. Taiwan juga terus di bawah tekanan karena hampir terus-menerus harus mengerahkan jet tempurnya dalam beberapa bulan terakhir, saat menanggapi peningkatan aktivitas udara militer China di dekat wilayahnya.
"Seluruh sayap berada di bawah tekanan cukup besar, tapi selama Angkatan Udara ada di sini, kami akan bereaksi sesuai dengan aturan kesiapan pertempuran terkait," tegas salah satu pilot tempur Taiwan, Wang Chih-chan. (Detikcom/a)
Sumber
: Hariansib edisi cetak