Kamis, 13 Maret 2025

Terindikasi Melakukan Kerja Paksa, AS akan Blokir Minyak Sawit Malaysia

Redaksi - Jumat, 02 Oktober 2020 13:03 WIB
339 view
Terindikasi Melakukan Kerja Paksa, AS akan Blokir Minyak Sawit Malaysia
ANTARA FOTO/MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS
AS blokir impor sawit asal Malaysia karena terindikasi diproduksi dengan praktik kerja paksa. Ilustrasi. 
Washington DC (SIB)
Amerika Serikat akan memblokirpengiriman minyak sawit dari produsen utama Malaysia yang selama ini masuk ke rantai pasokan merek makanan dan kosmetik AS yang ikonik. AS dilansirdari Associated Press (AP), Kamis (1/10) menemukan adanya indikator kerja paksa buruh, melibatkananak-anak juga termasuk pelanggaran lainnya seperti kekerasanfisik dan seksual.

Perintah itu mulai diberlakukanterhadap FGV Holdings Berhad, salah satu perusahaan minyak sawit terbesar Malaysia dan mitra usaha dengan raksasa produk konsumer Amerika, Procter& Gamble pada Rabu (30/9), demikian menurut Brenda Smith, asisten komisaris eksekutif KantorBea Cukai dan Perlindungan Perdagangan Perbatasan AS.

Tindakan tersebut, diumumkanseminggu setelah AP mengungkapadanya pelanggaran ketenagakerjaan besar di industri
minyak sawit Malaysia, dipicu oleh petisi yang diajukan tahun lalu oleh organisasi nirlaba. “Kami akan mendesak komunitas
pengimpor AS lagi untuk melakukan uji tuntas,” kata Smith, menambahkan perusahaan harus melihat rantai pasokan minyak sawit mereka. “Kami juga akan mendorong konsumen AS untukbertanya tentang dari mana produk mereka berasal.”

Malaysia adalah produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, bersama dengan Indonesia,2 negara ini mendominasi
perdagangan global, dengan mampu memproduksi 85 persen dari pasokan 65 miliar dollar AS. Minyak sawit dan turunannya dari FGV, dan Felda milik Malaysia yang memiliki hubungan dekat, masuk ke rantai pasokan perusahaan
multinasional besar. Mereka termasuk Nestle, L’Oreal, dan Unilever, menurut daftar pemasok dan pabrik minyak sawit yang paling
baru diterbitkan perusahaan.

Beberapa bank besar dan lembaga keuangan Barat tidak hanya mengalirkan uang secara langsung atau tidak langsung ke dalam industri minyak sawit, tetapi mereka juga memiliki saham di FGV. Smith mengatakan agensi tersebut melakukan penyelidikan selama setahun dan menyisir laporan dari pelapor nirlaba danmedia, termasuk penyelidikan AP.

Reporter AP mewawancarai lebih dari 130 mantan pekerja dan saat ini dari delapan negara di dua lusin perusahaan kelapa sawit - termasuk Felda, yang memiliki sekitar sepertiga saham FGV. Mereka menemukan segalanya mulai dari gaji yang belum dibayar hingga kerja paksa langsung dan tuduhan pemerkosaan, terkadang melibatkan anak di bawah umur.

Mereka juga menemukan Muslim Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan, salah satu minoritas paling teraniaya di dunia, telah diperdagangkan ke perkebunan dan dipaksa bekerja. Banyak masalah yang dirinci oleh Smith serupa denganyang ditemukan oleh AP. Dia mengatakan, Badan Bea Cukai menemukan pembatasan pergerakan, isolasi, kekerasan fisik dan seksual, intimidasi dan ancaman, penyimpanan dokumenidentitas, pemotongan gaji, jeratan utang, kondisi kerja dan hidup yang kejam, kerja lembur yang berlebihan, dan kekhawatirantentang potensi kerja paksa terhadap anak.

FGV mengeluarkan pernyataanpada akhir pekan yang menguraikankomitmennya terhadap hak asasi manusia, termasuk langkah-langkah yang diambil untuk memastikanpara pekerjanya memiliki akses ke paspor dan gaji mereka. Sementara Felda dan pemerintah Malaysia tidak menanggapi pertanyaandari AP tentang temuan penyelidikannya. “Meskipun ada kritik dan tuduhan terhadap FGV, kami akan melanjutkan upaya kami untuk memperkuat praktik kami untuk menghormati hak asasi manusia dan menegakkan standarketenagakerjaan,” katanya. “Komitmen kami terhadap keberlanjutanjelas, dan kami bertekad untuk mencapai tujuan dan target yang telah kami tetapkan sebagai bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.”

FGV Holdings telah mendapat kecaman karena pelanggaran ketenagakerjaan di masa lalu dan mendapat sanksi dari kelompok sertifikasi global Roundtable on Sustainable Palm Oil dua tahun lalu. Asosiasi mendorong proses produksi etis, termasuk perlakuan terhadap pekerja dengan anggota yang mencakup petani, pembeli, pedagang, dan pengawas lingkungan.

Meskipun bank-bank Asia sejauh ini merupakan pemodal paling kuat untuk perkebunan, peminjaman dana dari Barat dan perusahan-perusahaan investasinyatelah menggelontorkan miliaran dollar ke industri sawit dalam beberapa tahun terakhir, memungkinkan penghancuran dan penanaman kembali lahan-lahan yang terus dikembangkan. Beberapa perusahaan Barat memiliki saham di FGV - termasukVanguard Group, BlackRock, Charles Schwab, State Street Global Advisors, HSBC, dan bahkanSistem Pensiun Karyawan Publik California - menurut firma analisis data keuangan, Eikon.

AP belum menerima komentar dari salah satu lembaga keuangan tersebut, tetapi ketika ditanya lebih luas tentang hubungan mereka dengan industri kelapa sawit minggulalu, sebagian besar menanggapidengan mencatat kebijakan mereka yang bersumpah untuk mendukung praktik keberlanjutan dalam industri kelapa sawit, denganbanyak juga memasukkan hak asasi manusia ke dalam pedoman mereka. (Associated Press/kps/c)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru