Barcelona (SIB)
Mantan Raja Spanyol, Juan Carlos, disorot tidak hanya soal kasus dugaan korupsi yang membelit dirinya, tapi juga soal kisah asmaranya dengan seorang perempuan dan “hadiah" US$100 juta, atau sekira Rp1,4 triliun, untuk perempuan tersebut yang diklaim sebagai tanda cinta. Kini muncul seruan agar uang tersebut disita untuk negara dan dialokasikan untuk penanganan wabah virus corona.
Pada awal Agustus, Juan Carlos mengatakan meninggalkan negaranya, di tengah kasus dugaan penyalahgunaan keuangan. Saat itu, ia tidak mengatakan di negara mana ia akan bermukim. Ia hanya mengatakan siap kapan saja jika aparat penegak hukum memerlukan informasinya darinya.
Belakangan diketahui raja yang berkuasa mulai 1975 dan turun takhta pada 2014 tersebut memilih tinggal di Uni Emirat Arab. Kasus dugaan korupsi ini membuat jarak mantan raja dan publik di Spanyol makin jauh. Popularitasnya, oleh banyak pihak, diyakini makin luntur di mata rakyat Spanyol.
Namun sejatinya, menurut catatan wartawan BBC Linda Pressly, hubungan antara Juan Carlos dan publik Spanyol tidak lagi harmonis sejak 2012, ketika terbongkar kasus liburan Juan Carlos ke Botswana.
Di negara Afrika ini, Juan Carlos ikut kegiatan berburu dan menembak mati seekor gajah berusia 50 tahun. Saat liburan tersebut, ia terjatuh, membuatnya harus kembali ke Spanyol untuk menjalani perawatan.
Rincian safari di Botswana diungkap oleh seorang perempuan kelahiran Denmark yang besar di Jerman, Corinna zu Sayn-Wittgenstein. Ia adalah kekasih Juan Carlos antara 2004 hingga 2009.
Ketika itu, publik Spanyol sama sekali tidak mengetahui hubungan asmara di antara keduanya. Yang mereka tahu, Juan Carlos menikah dengan Ratu Sofia sejak 1962. Liburan ke Botswana, menurut zu Sayn-Wittgenstein, adalah hadiah untuk anak laki-lakinya, yang ia gambarkan sebagai bagian dari upaya Juan Carlos "merebut hatinya".
Ketika itu, badai sedang menerjang keluarga kerajaan. Menantu Juan Carlos, Inaki Urdangarin, diselidiki dalam kasus korupsi. Di luar itu, kondisi ekonomi sedang lesu. Angka pengangguran mencapai 23%. Jose Antonio Zarzalejos, mantan pemimpin redaksi koran kanan ABC mengatakan Spanyol dilanda krisis.
"Pertama, raja secara terbuka tidak setia dengan Ratu Sofia. Kedua, saat ekonomi memburuk, raja liburan ke Botswana, di mana Spanyol tak punya hubungan diplomatik ... ketiga, adalah liburan mahal, kita tak tahu siapa yang membiayai. Ini semua membuat citra raja menjadi buruk," kata Zarzalejos.
Siapa zu Sayn-Wittgenstein?
Zu Sayn-Wittgenstein adalah konsultan politik yang punya kantor di London. Ia bertemu dengan Juan Carlos pada 2004, di acara pesta untuk mereka yang suka berburu binatang di alam liar. Juan Carlos sangat terkesan dengan zu Sayn-Wittgenstein yang tahu banyak soal senapan. Dari sini, Juan Carlos sering menelepon zu Sayn-Wittgenstein. "Kencan pertama kami adalah awal musim panas [2004]," kata zu Sayn-Wittgenstein. Ia mengatakan, seiring dengan hubungan yang makin dekat, ia merasa menemukan banyak kesamaan dengan Juan Carlos. "Kami sama-sama menyukai politik, sejarah, makanan enak, minuman anggur...," kata zu Sayn-Wittgenstein.
Jarak tidak menjadi soal bagi keduanya. Dari London, zu Sayn-Wittgenstein terbang ke Madrid untuk bertemu Juan Carlos. Ketika tidak bisa bertemu secara fisik, keduanya berkomunikasi melalui telepon, satu hari bisa bertelepon sepuluh kali. "Hubungan kami sangat kuat, dalam, dan berarti," kata zu Sayn-Wittgenstein.
Ia pernah bertanya soal hubungan asmara ini dan kaitannya dengan Ratu Sofia, istri resmi Juan Carlos. Juan Carlos menjawab ia dan istrinya sudah punya pengaturan untuk mewakili tahta kerajaan Spanyol. Tapi, kata Juan Carlos, ia dan Ratu Sofia sudah hidup terpisah.
Saat itu, kata zu Sayn-Wittgenstein, Juan Carlos juga baru saja mengungkapkan bahwa selama 20 tahun, ia punya hubungan khusus dengan seorang perempuan lain. Hubungan zu Sayn-Wittgenstein dengan Juan Carlos menjadi makin dekat. Ia bertemu kawan-kawan Juan Carlos dan anak-anaknya.
Pada 2009, Juan Carlos secara pribadi menemui ayah zu Sayn-Wittgenstein dan mengatakan bahwa ia telah jatuh dengan zu Sayn-Wittgenstein. Pada tahun itu pula, Juan Carlos meminangnya. Namun, terlepas dari perasaan bahagia dipinang oleh raja Spanyol, zu Sayn-Wittgenstein juga melihat "jalan panjang yang sulit membentang di depan mata". "Saya sangat mencintainya. Tapi sebagai konsultan politik, saya juga menyadari hubungan ini tidak mudah. Hubungan saya mungkin juga akan mengganggu keberlangsungan tahta kerajaan Spanyol," kata zu Sayn-Wittgenstein.
Dan pada 2009, hubungan asmara Juan Carlos dan zu Sayn-Wittgenstein kandas. Yang tidak diketahui zu Sayn-Wittgenstein, Juan Carlos punya hubungan asmara dengan perempuan lain. Ia baru tahu setelah Juan Carlos mengungkapnya. Perkembangan ini terjadi tidak lama setelah ayah zu Sayn-Wittgenstein meninggal karena kanker. Tadinya ia mengira dirinya adalah satu-satunya kekasih Juan Carlos selain Ratu Sofia. Meski hubungan asmara telah kandas, Juan Carlos dan zu Sayn-Wittgenstein tetap berkawan baik. (BBCI/d)