HELSINKI (SIB) -Para pegawai pemerintah dan polisi Finlandia seharusnya saat ini cuti menikmati libur musim panas. Namun, mereka terpaksa harus masuk karena negara itu menjadi tuan rumah pertemuan dua kepala negara adidaya. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin bakal bertemu di Helsinki Senin (16/7). AFP mewartakan Sabtu (14/7), ribuan polisi, penjaga pantai, hingga tim penyelamat yang sedang berlibur diminta masuk. Sebab, pemerintah telah memprediksi bakal terjadi demonstrasi saat Trump dan Putin bertemu, meski jumlahnya tidak sebanyak demonstran anti-Trump di Inggris.
Secret Service AS dan tim keamanan Rusia dilaporkan telah memulai prosedur pengamanan di istana kepresidenan. Pertemuan itu merupakan agenda terbesar kedua di Helsinki sejak mantan Presiden Bill Clinton dan Boris Yeltsin pada Maret 1997. Wakil Kepala Penjaga Perbatasan Kimmo Elomaa berujar, jajarannya bakal melakukan pengamanan ketat terhadap zona Schengen. Para pelancong dari zona bebas bepergian Eropa itu bakal diperiksa jika ada yang dirasa memberikan ancaman bagi negara. "Aktivis diizinkan masuk selama mereka tidak menimbulkan kegaduhan dan tidak sedang terkena kasus tertentu," tutur Elomaa.
Puluhan demonstrasi diperkirakan bakal terjadi mulai Sabtu hingga Senin waktu setempat, dengan menargetkan istana kepresidenan. Aksi protes bernama "Helsinki Memanggil" tersebut menyoroti pelanggaran HAM hingga pembiaran pengungsi. "Di Finlandia, kami memperlakukan anak kecil sebagai manusia. Bukan memasukkan mereka di kandang," kecam pencipta game Angry Bird, Peter Vesterbacka.
Vesterbacka merujuk kepada kebijakan imigrasi Trump yang memisahkan imigran anak dari orangtuanya pada 7 Mei lalu. Sementara novelis Sofi Oksanen bakal membacakan sebuah teks yang dibuat oleh Oleg Sentsov, sineas Ukraina yang dipenjara di Rusia. Lebih lanjut Elomaa menuturkan, mereka hanya punya waktu beberapa hari lagi sebelum pertemuan itu terlaksana. "Apalagi ini di tengah libur musim panas. Jadi tentunya bisa Anda bayangkan," kata Elomaa kembali.
Dituduh Mencampuri Pemilu AS
Sementara itu, Juri Agung AS secara resmi mengajukan tuntutan terhadap 12 perwira intelijen Rusia dengan tuduhan telah mengganggu pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016. Tuntutan tersebut diajukan pada Jumat (13/7), hanya berselang tiga hari sebelum agenda pertemuan Presiden Donald Trump dengan Vladimir Putin yang dijadwalkan Senin (16/7) di Helsinki, Finlandia. Diumumkan oleh Wakil Jaksa Agung, Rod Rosenstein, tuduhan tersebut dibuat oleh Penasihat Khusus Robert Mueller, mantan direktur FBI yang telah menyelidiki kasus dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan November 2016.
"Para perwira militer Rusia itu dituduh telah berkomplot untuk mempengaruhi proses pemilihan presiden 2016, termasuk telah meretas akun email milik Partai Demokrat menjelang pemungutan suara," kata Rosenstein kepada wartawan, dikutip AFP. "Di antara para tertuduh, 11 orang dituduh bekerja sama untuk meretas komputer, mencuri dokumen dan merilis dokumen dengan tujuan mempengaruhi pemilihan." "Sedangkan seorang dari para tertuduh tersebut bersama dengan orang ke-12 dituduh bekerja sama untuk menyusup ke komputer milik organisasi yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilihan," tambahnya.
Rosenstein juga mengatakan, pihaknya sebelumnya telah memberi pengarahan kepada Presiden Trump mengenai tuntutan yang akan diajukan, termasuk fakta-fakta dan bukti yang ada. Sementara mengenai kemungkinan keterlibatan warga AS dalam kasus ini, Rosenstein menambahkan, mereka tidak mengetahui jika telah berhubungan dengan agen intelijen Rusia. Menyusul diumumkannya tuntutan tersebut, sejumlah pejabat tinggi dari Partai Demokrat mendesak agar Trump membatalkan agenda pertemuannya dengan Putin. Meski ada desakan pembatalan, Gedung Putih menegaskan pertemuan yang ditetapkan akan digelar di ibu kota Finlandia itu akan tetap dilaksanakan. Trump pada Sabtu (14/7) merespon pengumuman tuntutan tersebut dengan twit yang menyalahkan pemerintahan sebelumnya. "Mengapa tidak ada tindakan yang diambil, terutama ketika hal itu telah dilaporkan kepada Presiden Obama oleh FBI pada bulan September, sebelum pemilihan?" tulis Trump.
Finlandia Sering Jadi Tuan Rumah
Finlandia melakukan persiapan setelah diumumkan bakal jadi tuan rumah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Mereka telah memanggil para polisi yang tengah menikmati libur musim panas untuk kembali dan mengamankan pertemuan yang bakal dilangsungkan Senin (16/7). Dilansir AP via Washington Post Jumat (13/7), Finlandia tidak asing menjadi tuan rumah pertemuan AS dan Rusia.
Negara Nordik dengan populasi 5,5 juta jiwa tersebut dipilih karena letak geografis serta netralitasnya. Terakhir kali AS dan Rusia melangsungkan pertemuan level presiden pada Maret 1997. Saat itu, Presiden Bill Clinton bertemu Presiden Boris Yeltsin. Kemudian jika ditarik mundur, Presiden Gerald Ford dan Pemimpin Uni Soviet Leonid Brezhnev juga bertemu di 1975. Keduanya menandatangani Perjanjian Helsinki sebagai komitmen untuk menjaga perdamaian, keamanan, serta melindungi Hak Asasi Manusia.
Setelah itu, pertemuan kedua negara terjadi pada tingkat pejabat tinggi. Antara lain pada Juni lalu. Saat itu, Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Joseph Dunford bertemu Ketua Staf Jenderal Rusia, Jenderal Valery Gerasimov. Mereka bertemu untuk bertukar pandangan mengenai relasi militer AS-Rusia, isu Suriah dan keamanan internasional lainnya. Peneliti dari Institut Aleksanteri, Autio-Sarasmo, mengatakan Helsinki dan Wina, ibu kota Austria, memainkan peran vital sebagai penengah saat Perang Dingin. "Kedekatan Finlandia secara khusus dengan Rusia juga menjadi alasan mengapa negara itu dipilih," ujar Autio-Sarasmo.
Trump dan Putin bakal bertemu di Istana Kepresidenan, tempat yang awalnya dibangun bagi pedagang kaya Finlandia di abad ke-19. Setelah bergabung dengan Kekaisaran Rusia sebagai kawasan independen Grand Duchy di 1809, bangunan itu disempurnakan atas permintaan Tsar Nicholas I di 1845. Ruangan penting didesain seperti Istana Musim Dingin di St Petersburg, kediaman resmi para penguasa monarki Rusia. Istana Finlandia itu sering dikunjungi Tsar Alexander II karena kebijakannya yang menuai simpati dari warga Finlandia. Semasa Perang Dunia I, tempat itu disulap menjadi rumah sakit militer sementara untuk menampung para tentara terluka. Setelah Finlandia menyatakan kemerdekaan dari Rusia pada 1917, tempat itu kemudian menjadi Istana Kepresidenan hingga saat ini. (AFP/kps/f)