Bern (SIB) -Otoritas Swiss sedang menyelidiki enam orang atas dugaan penyuapan pejabat asing, sebagai bagian dari penyelidikan dugaan pencucian uang terkait skandal mega korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Dua mantan pejabat 1MDB masuk dalam daftar yang tengah diselidiki tersebut.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (10/7), hal itu diumumkan oleh kantor Jaksa Agung Swiss pekan ini. Tidak disebut lebih lanjut mengenai identitas enam orang yang sedang diselidiki otoritas Swiss. Hanya disebut mereka terdiri atas dua mantan pejabat 1MDB, dua mantan pejabat perusahaan investasi Abu Dhabi dan dua pejabat Petrosaudi yang merupakan grup perusahaan energi Arab Saudi. Dijelaskan kantor Jaksa Agung Swiss, mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak tidak termasuk 'pejabat publik yang dituduh'.
Pernyataan itu dirilis setelah Jaksa Agung Swiss, Michael Lauber, bertemu dengan Jaksa Agung Malaysia, Tommy Thomas, di Putrajaya, Malaysia. Pertemuan keduanya dilaporkan membahas koordinasi penyelidikan 1MDB.
"Fokus pembahasan soal kerja sama antara dua otoritas kejaksaan, khususnya terkait kasus 1MDB," demikian pernyataan Kantor Jaksa Agung Swiss seperti dilansir Malay Mail. "Perhatian utama dalam pembahasan selama kunjungan kerja ini ada pada perlunya komitmen bersama pada penegakan hukum dan dilanjutkannya bantuan hukum antara dua yurisdiksi," imbuh pernyataan itu.
Jaksa federal Swiss telah sejak lama mengupayakan bantuan hukum dari Malaysia terkait penyelidikan skandal 1MDB yang dimulai tahun 2015. Otoritas Swiss sedang menyelidiki penyelewengan dana 1MDB yang seharusnya digunakan untuk pembangunan ekonomi. Dalam konferensi pers di Malaysia, Lauber menyatakan pihaknya juga menyelidiki SRC International, bekas unit perusahaan 1MDB.
"Seluruh pendanaan 1MDB dan SRC International mencapai sekitar US$ 7 miliar," ucapnya merujuk pada dana 1MDB dan SRC International yang dicurigai diselewengkan melalui sistem finansial global dari tahun 2009 hingga 2015. "Ini baru apa yang kami lihat dalam penyelidikan kami di Swiss, jadi kemungkinan besar (dana) mengalir ke Swiss dan sebagian lainnya ke tempat lain," imbuhnya.
Sementara kepolisian Malaysia menyatakan pihaknya telah meminta otoritas Macau untuk menahan miliarder Low Taek Jho alias Jho Low yang kini diyakini bersembunyi di sana. Jho Low diketahui sebelumnya menghindari penangkapan dan kabur dari Hong Kong ke Macau dengan kapal feri.
Sosok Jho Low disebut sebagai sosok sentral dalam skandal mega korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Dia diburu otoritas Malaysia sejak beberapa tahun terakhir. Diketahui bahwa Jho Low sempat bersembunyi di Hong Kong selama tiga bulan. Namun otoritas Hong Kong tidak mengambil tindakan untuk menangkap Jho Low -- meskipun ada Red Notice dari Interpol -- karena tidak ada permintaan resmi dari pemerintah Malaysia.
Kepala Kepolisian Federal Malaysia, Inspektur Jenderal Polisi Mohamad Fuzi, menuturkan bahwa pihaknya telah mengajukan pemohonan resmi kepada Macau untuk menangkap Jho Low. "Sebelum ini, kami telah mengirimkan tim ke Hong Kong untuk melacak Jho Low setelah kami diberi tahu otoritas di sana. Namun buronan (Jho Low-red) telah kabur ke Macau via laut ketika kami tiba," ucap Mohamad Fuzi dalam pernyataannya. "Kami telah mengirimkan permintaan resmi ke Macau terkait kasus ini," ujarnya. "Sekarang kami harus menunggu respons dari Macau agar kami bisa melacak Jho Low," imbuh Mohamad Fuzi.
Dituturkan Mohamad Fuzi bahwa pihaknya juga meminta bantuan sejumlah negara lain, termasuk Indonesia. "Kami juga telah mengirimkan Red Notice untuk meminta bantuan negara lain seperti Uni Emirat Arab, Indonesia, India, Myanmar, China dan Hong Kong via Interpol, juga ke Taiwan melalui saluran diplomatik," ungkapnya.
Secara terpisah, otoritas Macau menyatakan mereka telah menerima permintaan dari Malaysia dan kini sedang memverifikasinya. "Dan kami akan memberikan informasi yang diminta oleh negara bersangkutan sesegera mungkin," demikian pernyataan otoritas Macau. (Detikcom/h)