AS (SIB)- Chris, demikian dia dipanggil, dulu adalah seorang tentara Amerika Serikat. Dia mengaku pernah ditugaskan di dua medan besar, Irak dan Afganistan. Namun, kembali ke negerinya, Chris adalah orang yang gagal. Pewarta foto kantor berita Reuters pada Selasa kemarin menemui Chris menjadi gelandangan di Kota Boston, yang dikenal sebagai kota pendidikan karena bertebaran sejumlah kampus ternama.
Di tengah cuaca yang sangat dingin, Chris berdiri di pinggir jalan Newbury cukup lama dengan mengandalkan penutup kepala dan jaket militer. Sambil menjulurkan sebuah gelas karton yang sudah kosong, dia berharap ada orang-orang yang berbaik hati memberi derma. Sesekali ada yang memberi dia uang receh ke dalam gelas. Mereka tampak iba kepada Chris, yang mantan tentara kini malah menjadi gelandangan.
Dia termasuk puluhan ribu orang tuna wisma yang kian menderita akibat serangan cuaca super dingin di 2/3 wilayah AS, termasuk Boston. Salju yang menumpuk tebal di jalan-jalan dan angin dingin yang menusuk tulang dalam suhu di bawah nol derajat celcius membuat Chris selama berhari-hari harus menginap di penampungan. Apalagi kini makin banyak tuna wisma yang berbondong-bondong ke penampungan karena tidak kuat menahan kejamnya hawa dingin di luar. Para pengelola pun kewalahan menampung mereka.
Menurut data National Alliance to End Homelesness, ada lebih dari 600.000 orang yang hidup sebagai tuna wisma di Amerika Serikat. Sebanyak 9 persen atau lebih dari 57.000 orang di antaranya adalah veteran perang. Maka, pemerintah di beberapa negara bagian di AS mulai memikirkan cara yang pantas untuk menghargai para veteran perang untuk tidak lagi menggelandang sekaligus menyelamatkan mereka dari serangan cuaca super dingin.
Kota Phoenix di negara bagian Arizona, misalnya, menjadi pelopor bagi program pemberian apartemen bagi para veteran perang yang menggelandang. Keberhasilan Phoenix ini diikuti oleh Salt Lake City di Utah yang juga sukses menggelar program yang sama. Program ini digelar sejak 2010 lalu di Phoenix yang saat itu hanya memiliki 222 veteran tuna wisma. Per Januari 2013, menurut laporan Kementerian Pembangunan dan Perumahan Kota AS, veteran perang yang tidak punya rumah di kota ini meroket hingga 1.000 orang.
Satu KamarWalikota Phoenix Greg Stanton kepada Washington Post bulan lalu mengatakan, seluruh veteran tuna wisma telah tuntas diberikan apartemen satu kamar pada 18 Desember 2013. Sebelumnya November lalu, kota Phoenix telah mengalokasikan dana sebesar US$100.000 (Rp1,2 miliar) untuk sekitar 56 veteran yang belum mendapatkan rumah.
Selama tiga tahun pemberantasan tuna wisma veteran, Phoenix telah menggunakan dana dari pemerintah sebesar US$6,5 juta (Rp79 miliar) dan hampir US$2 juta (24,4 miliar) dari kas kota. Kesuksesan serupa diikuti oleh kota Salt Lake City, negara bagian Utah. Walikota Salt Lake City Ralph Becker pada wawancara dengan MSNBC Minggu lalu mengatakan bahwa saat ini hanya tinggal delapan veteran yang tidak punya rumah di kotanya. Para veteran ini menolak diberikan tempat tinggal dan akan terus dibujuk.
Untuk merumahkan para veteran, kota ini mengeluarkan dana dari kas kota sebesar US$1,8 juta (Rp22 miliar) dan dari bantuan pusat sebesar US$6,5 juta (Rp79 miliar). Becker mengatakan bahwa seluruh lapisan di pemerintahannya bekerja sama untuk menyukseskan program ini. "Ini adalah keputusan yang dibuat seluruh komunitas dan kami mendedikasikan diri selama bertahun-tahun. Sumber daya, yang tidak pernah cukup, telah datang dari berbagai komunitas," ujar Becker yang menambahkan bahwa kotanya dan Phoenix tengah melancarkan "kompetisi persahabatan" dalam mengentaskan masalah tuna wisma. Program kedua kota ini sejalan dengan komitmen pemerintah pusat sejak tahun 2010 untuk memberikan rumah bagi veteran tuna wisma. Presiden Barack Obama menargetkan masalah ini tuntas pada 2015 mendatang. "Kita harus terus maju, karena tidak boleh ada seorang pun di Amerika, termasuk veteran, hidup di jalanan," kata Obama.
(Rtr/vvn/q)