Derap langkah kaki kuda dan teriakan para penunggangnya riuh mengisi suasana siang di Lapangan Bondokawango, Desa Perobatang, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Jumat (21/2). Siang itu, puluhan pria yang telah mahir menunggang kuda dengan bersenjatakan lembing tumpul berlaga layaknya seorang kesatria yang berusaha membela kehormatan tanah kelahiran mereka dalam tradisi pasola.
Dalam tradisi perang lempar lembing itu, para penunggang kuda dibagi dalam dua kubu berdasarkan kawasan tempat tinggal mereka. Mereka harus beradu keterampilan menunggang kuda sembari melempar lembing agar mengenai tubuh penunggang kuda dari kubu lawan.
Sejumlah peserta yang didukung oleh beberapa calon anggota legislatif menghias kuda mereka dengan atribut bendera partai politik sehingga laga pasola pada siang itu menyerupai ajang kampanye pemilu. Sebelum laga dimulai, pemimpin kedua kubu saling mengucap janji di tengah lapangan untuk tetap menjaga perdamaian dan tidak menggunakan acara tersebut untuk ajang balas dendam.
Pertarungan kemudian dilangsungkan dengan ditonton ribuan warga yang bersusah payah datang ke lapangan itu dengan berjejal menumpang kendaraan bak terbuka demi menyemangati para jagoan mereka.
Pasola digelar setahun sekali dalam perayaan adat Marapu (agama tradisional warga setempat) sebagai bentuk syukur terhadap hasil panen dan permohonan kepada dewa agar kembali dikaruniai hasil panen melimpah pada tahun tersebut.
Tradisi ini menjadi andalan bagi Sumba Barat Daya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Namun, bentrok antar pendukung kedua kubu yang kerap terjadi berpotensi mengurangi daya tarik pasola bagi wisatawan.
(Kps/h)Simak juga berita lainnya di Harian Umum Sinar Indonesia Baru
(SIB) edisi 16 Maret 2014. Atau akses melalui
http://epaper.hariansib.co/ yang di up-date setiap pukul 13.00 WIB.