Dari dua fosil tulang yang baru ditemukan, ilmuwan percaya sejak dulu manusia purba sudah bisa melakukan penyembelihan binatang menggunakan alat dari batu.
Namun, studi yang dilakukan belakangan ini mengungkap sebuah teori baru, bahwa manusia-manusia purba (spesies Australopithecus) zaman itu telah mengenal proses penyembelihan binatang—bahwa tanda sayatan di atas tulang itu didapat dari aksi manusia purba yang sengaja memotong mereka. Jika benar demikian, itu berarti kelompok hominin (sekolompok spesies yang terpisah dari garis keturunan simpanse) sudah mengenal proses penyembelihan 800.000 tahun lebih awal dari yang selama ini telah diketahui.
Tak jauh dari wilayah tempat ditemukannya fosil tulang binatang dengan bekas sayatan tersebut, para ahli paleoantropologi juga menemukan dua tulang antelop dan hewan serupa kerbau berusia 3,4 juta tahun. Di kedua fosil tersebut, tim menemukan sebanyak 12 tanda serupa dengan yang ada pada tulang binatang yang ditemukan di Didika. Sebelumnya, peneliti percaya bahwa tanda itu didapat dari proses alam, atau dampak dari terinjaknya tulang oleh hewan-hewan lain selama terkubur jutaan tahun.
Namun, dengan melakukan penelitian dengan cara membandingkan efek yang didapat pada tulang setelah digores dengan sengaja (menggunakan kapak), dengan dua tulang yang ditemukan di Didika tersebut.
Hasilnya, yang dimuat di Journal of Human Evolution, menjelaskan bahwa apapun yang menyebabkan goresan/sayatan di atas tulang yang ditemukan di Didika bukanlah akibat dari terinjak binatang lain, apalagi proses alami selama fosil itu terkubur.
“Jika suku hominin sudah bisa menggunakan peralatan dari batu lebih awal dari prakiraan, itu berarti kemampuan kognitif mereka juga sudah berkembang jauh lebih awal dari yang selama ini diketahui,†ungkap seorang ahli paleoantropologi dari Smithsonian Institution di Washington, Briana Pobiner.
(Geographicnational/d)