Jakarta (SIB)- Tenun sumba gagal ditetapkan sebagai warisan budaya dunia atau intangible cultural heritage. Meskipun kecewa, pemerintah menerima kegagalan tersebut dan bertekad akan mengajukan kembali tenun sumba sebagai warisan budaya dunia tahun 2017.
Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Diah Harianti, Kamis (20/2), di Jakarta, mengatakan, baru kali ini pengajuan daftar warisan dunia dari Indonesia ditolak Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (Unesco).
Meski demikian, pemerintah, ujar Diah, menerima kegagalan tersebut dan siap melakukan evaluasi sebelum tenun sumba diajukan kembali.
“Sebenarnya, pemerintah kecewa sekali dengan kegagalan ini, sekaligus merasa rugi karena pengajuan sebagai warisan dunia hanya dapat dilakukan sekali setahun.
Meski demikian, pemerintah tetap menyampaikan dalam sidang, ditolak atau diterima sebagai warisan budaya dunia, Indonesia tetap akan melestarikan tenun sumba,†kata Diah.
Menurut dia, kegagalan penetapan tenun sumba sebagai warisan budaya dunia kemungkinan karena dokumen pengajuan yang tidak sempurna.
“Janji yang kami buat dalam action plan yang kami ajukan ke Unesco mewajibkan pegawai negeri sipil dan siswa sekolah mengenakan tenun sebagai seragam sehingga dianggap melanggar hak asasi manusia,†lanjut Diah.
Makin Ketat
Di sisi lain, persyaratan yang ditetapkan unesco, ujar Diah, sejak tahun 2013 memang semakin ketat. Dengan evaluasi dan berbagai persiapan, tahun 2017 tenun Indonesia akan diajukan kembali sebagai warisan budaya dunia dengan persiapan yang lebih matang.
Perancang mode Indonesia yang fokus mengangkat tenun dalam karya-karyanya, Didiet Maulana mengatakan, kegagalan penetapan tenun sebagai warisan budaya dunia membuat Indonesia memiliki waktu untuk menggalang rasa bangga memiliki tenun di kalangan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, menurut dia, perlu dibuat program persiapan sehingga apabila pengajuan disetujui pada 2017, hal itu bukan merupakan awal bergerak, melainkan sebagai “bonus†terhadap program yang secara nasional telah dilakukan.
Mencanangkan tenun Indonesia menjadi salah satu warisan budaya dunia, menurut Didiet, bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Tidak hanya industri tenun, tetapi juga obyek wisata alam. (Kps/d)