Denpasar (SIB)- Pengamat dan pelaku seni budaya Bali, Kadek Suartaya, SS Kar, MSi mengatakan, pementasan wayang kulit Bali kini sudah biasa dilakukan di Amerika Serikat, setelah Maria (60) dari Kalifornia melakoni hal tersebut.
"Maria, seorang praktisi teater terampil mementaskan wayang kulit Bali, setelah cukup lama belajar mendalang pada I Wayan Nartha (73) di Sukawati, Gianyar," kata Kadek Suartaya yang juga dosen Fakultas Seni Pertunjukkan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Minggu (3/5).
Ia mengatakan, Maria kini sering mementaskan wayang kulit Bali di negerinya Amerika Serikat. Sebelumnya, seorang sutradara film, Larry Reed, yang memperdalam seni pakaliran pada I Rajeg di Tunjuk, Tabanan, telah terbiasa menyuguhkan pertunjukkan wayang kulit.
"Maria dan Larry sering tampil dalam pementasan wayang kulit Bali di sekitar Los Angeles," ujar Kadek Suartaya yang sempat menyaksikan kedua seniman asing itu membawakan pertunjukan wayang kulit.
Wayang kulit Bali mendapat apresiasi di negeri multi ras itu, karena dalang terkenal Bali I Wayan Wija (62) beberapa kali mendapat undangan pentas dan workshop di AS.
Wija bersama para penabuhnya tampil dalam pementasan wayang klasik, dan secara perorangan juga beberapa kali diundang seniman teater setempat untuk berinteraksi estetik dalam suatu kolaborasi, menggarap seni inovatif.
Konsep dan elemen wayang Bali yang dimainkan Wija diberi ruang yang cukup menonjol. Untuk berinteraksi dan menjalin komunikasi dengan masyarakat setempat, pertunjukkan wayang kulit Bali menggunakan bahasa Inggris.
Maria yang hampir setiap tahun datang ke Bali untuk mengasah ilmu pedalangannya, menggunakan bahasa Inggris untuk tokoh-tokoh punakawan seperti Malen, Merdah, Delem, dan Sangut.
Sedangkan tokoh-tokoh yang lainnya, baik saat dialog maupun monolog, dalang wanita ini tetap mempergunakan bahasa Kawi.
Tentang pemakaian bahasa Jawa Kuno ini, agar wayang kulit Bali tetap menunjukkan identitasnya, ujar Maria saat menjenguk gurunya, Wayan Nartha, di Banjar Babakan, Sukawati.
(Ant/q)