Denpasar, (SIB)
Jejak budaya Tiongkok begitu banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di tanah air. Seiring berjalannya waktu, bahkan telah melekat dengan budaya lokal Indonesia. Tidak hanya kulinernya yang terkenal, namun juga ada yang diadopsi. Salah satunya uang kepeng, yang sampai saat ini masih dijumpai di tengah masyarakat Bali.
dibawa dari Tiongkok
Budayawan Bali, I Made Bandem menyampaikan bahwa Tiongkok merupakan salah satu negara tertua di Asia Timur. Kebudayaannya berkembang sangat baik dan banyak memengaruhi negara lainnya di Asia.
Banyak pendeta Buddha yang saat itu berziarah ke India melalui Indonesia. Perekonomian pun berjalan sembari berjualan di dalam satu kapal. Mereka singgah di Kalimantan hingga Pulau Bali sehingga memerlukan alat tukar-menukar.
“Di sanalah uang kepeng-uang kepeng mulai diberlakukan. Diterima sebagai alat tukar menukar,†jelasnya.
Tersebarnya uang kepeng di Bali diduga bersamaan dengan datangnya pengaruh Tiongkok melalui perdagangan. Akhirnya uang kepeng menjadi terkenal dan merupakan alat pembayaran yang sah pada zaman kerajaan. Bersamaan dengan beredarnya uang kepeng, juga beredar barang-barang porselin, kain sutra dan lain sebagainya.
untuk upacara dan kesenian
Perkembangan selanjutnya, uang kepeng juga difungsikan sebagai sarana upacara di Bali. Berdasarkan bukti prasasti Bali Kuno, diduga pada awal abad ke-9 Masehi, pemakaian uang kepeng telah dikenal di Bali. Saat ini uang kepeng digunakan secara simbolis untuk banten yang biasanya sebagai sari banten. Khususnya banten medium sampai lengkap.
Made Bandem juga menyampaikan bahwa saat ini keberadaan uang kepeng dijadikan alat-alat kebudayaan dan kesenian. Misalkan di Bali sendiri uang kepeng juga digunakan untuk membuang sangsangan (perlengkapan untuk upacara pembakaran mayat di Bali), patung-patung untuk simbol kesuburan.
“Sekarang kan setiap upacara keagamaan di Bali, ritus kehidupan apa saja masih menggunakan uang kepeng,†jelasnya.
menolak bala terutama saat pandemik
Made Bandem mengungkapkan di Bali dikenal pula dengan adanya uang kepeng satakan yakni 200 uang kepeng yang diikat dengan benang.
“Pipis Satakan namanya. Upacara apa saja di Bali kalau sudah menghaturkan pujawali dengan pejati dan sebagainya, selalu ada uang satakan itu,†ungkapnya.
Menurutnya, di beberapa desa di Bali pun memakai uang kepeng ini sebagai penolak bala, terutama saat pandemik yang diiringi tarian sakral. Uang kepeng dibuat gelang, menggunakan benang dan ini masih digunakan sampai saat ini.
“Di Bali kalau ada musim pandemik, musim pandemik yang seperti sekarang ini, kalau ke desa-desa, ke Bayung Gede misalnya di Bangli. Itu kan kalau ada Penari Sanghyang itu, tari-tarian Sanghyang, masyarakatnya diminta memakai gelang benang dengan uang kepeng kan. Itu masih,†jelasnya.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, uang kepeng Tiongkok memiliki bentuk bulat pipih dan berlubang di tengahnya. Bentuk bulat tersebut melambangkan langit atau sorga. Sedangkan lubang persegi empat melambangkan bumi.
Bentuk ini sama seperti mata uang logam kepeng yang umumnya ditemukan di Nusantara, dan khususnya di Bali. Namun umumnya memiliki dua kelompok dengan ukuran besar dan kecil. Di Bali, uang kepeng digunakan sebagai pembayaran sah pada masa Bali Kuno. (IDNTimes/c)