Pematangsiantar (SIB)
Pdt Bernard TP Siagian MTh menyebutkan, secara kelembagaan gereja perlu menata ulang dan mengelola sistem organisasi maupun potensi sumberâ€"sumber dayanya yang begitu berlimpah, termasuk budaya, adatâ€"istiadat dan tradisi etnisnya, bagi aktualitas diri sekaligus ekspresi iman segenap warganya.
“Semua itu harus dijadikan bekal bagi keberlangsungan penyelenggaraan pembinaan iman warga dalam proses pertumbuhan dan perkembangan jemaat sebagai orang Kristen yang dewasa,†katanya, Rabu (11/11).
Sebelumnya disampaikan, di tengah pluralitas budaya bangsa-bangsa di dunia, baik secara sosio-kultural maupun politis-ideologis, gereja senantiasa bergulat dalam realitas multi â€" dimensional.
Menurutnya, “aksioma iman†Kristen mestinya semakin memantapkan eksistensi gereja bertumbuh (kualitas) dan berkembang (kuantitas) baik secara institusional maupun personal yang membuktikan kebenaran dan kasih Tuhan sebagai habitus budaya barunya.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang pluralis, dikatakan mestinya gereja semakin diperkaya dan kreatif untuk dapat tumbuh lebih subur dan sehat serta menghasilkan buah yang lebat, manis dan harum, sehingga sekalian orang turut menikmati hidup lebih bermutu dan bermakna oleh keberadaan gereja.
Dalam buku tesis yang ditulisnya, “Elkulturasi Iman, Etnografi Budaya Batak Bagi Pendidikan Iman Kristen “ juga membahas paradigma Enkulturasi Iman merupakan suatu metode PAK ( Pendidikan Agama Kristen ), memberikan perhatian besar pada aspek-aspek sosial-budaya dalam kehidupan komunitas jemaat.
Hal itu dikatakan relevan untuk konteks gereja Batak. Sebab, konteks hidup orang Batak mempunyai nilai kekayaan warisan budaya yang tinggi bahkan luar biasa, pengaruhnya (adat dalam arti luas budaya ) masih begitu kuat pada setiap pribadi orang Batak.
Adat Batak sama seperti semua seni budaya tradisional etnis lainnya, dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan bagi proses beriman dalam komunitas jemaat. Dengan metode Enkulturasi Iman, proses pendidikan dan transmisi iman dalam komunitas jemaat gereja Batak dapat berlangsung secara efektif.
Berdasarkan pengamatannya, upaya PAK di gereja Batak, baik di sekolah-sekolah asuhan atau milik gereja umum atau formal maupun di komunitas jemaat dan keluarga, belum disusun dan dirumuskan secara kontekstual dengan memperhitungkan aspek-aspek seni budaya tradisional dengan selayaknya sebagai warisan berharga dan tetap relevan bagi proses beriman.
Secara lisan disampaikan, kekayaan seni budaya orang Batak memiliki potensi besar dikaitkan dengan program pemerintah Indonesia bahkan dunia melalui program UNESCO menetapkan Geopark Danau Toba. Seni budaya Batak dapat “ dijual “ kepada para pengunjung destinasi Danau Toba yang masuk di dalam program strategis nasional. Dengan demikian, potensi alam dan kekayaan seni budaya bermanfaat mendongkrak perekonomian warga. (BR4/d)