Jakarta (SIB)
Dihuni oleh ratusan juta manusia, menjadikan Indonesia memiliki segudang kebudayaan yang bermacam-macam, termasuk wastra atau kain tradisional khas Indonesia. Beberapa kain bahkan kerap dijadikan baju adat atau kostum daerah yang sering ditemui #DiIndonesiaAja, mengingat nusantara memiliki suku dan adat yang beraneka ragam.
Baju adat atau kostum daerah dari beberapa wilayah juga mempunyai ciri khasnya masing-masing. Kita sering juga menjumpai berbagai tokoh masyarakat yang mengenakan baju adat, salah satunya adalah Presiden Joko Widodo yang kerap mengenakan baju adat dari berbagai daerah di beberapa acara yang ia datangi.
Menarik untuk digali lebih dalam asal muasal baju adat yang dikenakan oleh Jokowi agar kita tetap paham dan tahu soal baju-baju adat yang dimiliki oleh Indonesia. Kira-kira apa saja ya baju adat yang pernah dikenakan Jokowi? Berikut ulasannya dilansir dari berbagai sumber.
Kain Tenun Berantai Kaif Nunkolo
Wilayah Indonesia bagian timur atau lebih tepatnya ke Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan tempat Kain Tenun Berantai Kaif Nunkolo berasal. Terkenal dengan keindahan alamnya menjadikan NTT sebagai surganya para pelancong.
Bentuk kontur daerahnya yang khas yaitu perbukitan yang dikelilingi dengan lautan biru menjadikannya sebagai nirwana yang bisa memberikan pengalaman tak terlupakan ketika mengunjungi tempat ini. Namun, bukan cuma pariwisata, NTT juga sangat terkenal dengan kain khasnya yang sudah menjadi buah bibir di masyarakat.
Sebut saja tenun ikat Sumba, Sikka, dan kain lainnya. Pada saat HUT ke-75 RI pada bulan Agustus yang lalu, Presiden Jokowi mengenakan pakaian khas dari NTT, atau tepatnya dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Ya, Jokowi pernah memakai baju adat khas NTT ini pada agenda tersebut. Didominasi dengan warna merah dan putih, baju adat tersebut menampilkan motif khas Nusa Tenggara Timur. Adapun motif nunkolo ternyata memiliki sebuah filosofi yang terkandung di dalamnya. Pertama adalah motif geometris atau belah ketupat dengan batang di tengahnya yang melambangkan sumber air bagi masyarakat TTS. Kemudian juga ada motif bergerigi pada pinggiran kain yang melambangkan struktur geografis dari wilayah NTT yang berbukit dan berkelok.
Baju adat yang dikenakan Jokowi juga dipadukan dengan ikat kepala yang menghiasi kepalanya. Ikat kepala tersebut bernama Pilu yang berjenis Yi U Raja yang melambangkan tanda kebesaran raja atau mahkota.
Pakaian yang dikenakan orang nomor satu di Indonesia tersebut juga ditambahkan dengan tas sirih pinang dan kapur yang melambangkan budaya menyirih dari masyarakat Nunkolo. Tas ini juga melambangkan budaya pemersatu, kasih dan juga hormat.
Kain Tenun Adat Sabu Raijua
Sabu Raijua mungkin terdengar asing di kuping, Sabu Raijua resmi menjadi kabupaten setelah pada tahun 2008, Menteri Dalam Negeri pada masa itu Mardiyanto meresmikannya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Kupang.
Terletak di Nusa Tenggara Timur, Sabu Raijua ternyata adalah pulau yang berada di batas selatan dari Indonesia dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Menariknya, masyarakat di Sabu Raijua tidak menerima uang logam sebagai alat transaksi sehari-harinya.
Pulau kecil yang berada di Laut Sawu ini juga memiliki beragam spot wisata menarik yang mampu membelalakkan mata seperti Bukit Kellaba Madja dengan pesona bebatuan yang tumpang tindih. Tak hanya itu, baju adat dari Sabu Raijua ternyata juga kini mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia setelah Joko Widodo memakainya saat mendatangi Sidang Tahunan MPR RI 14 Agustus lalu.
Saat kegiatan tersebut, Jokowi nampak mengenakan baju adat serba hitam yang dihiasi dengan warna kuning di sekelilingnya lengkap dengan sarung khas.
Baju adat yang dipakai oleh Jokowi tersebut merupakan baju adat masyarakat Sabu yang sering dinamakan Tenun Adat Sabu Raijua. Uniknya, baju adat tersebut tidak hanya dipakai untuk menghadiri upacara ataupun kelas sosial tertentu saja, melainkan dapat dipakai oleh semua kalangan mulai dari rakyat kecil hingga bangsawan.
Warna yang ada pada pakaian adat yang dikenakan Jokowi melambangkan gambar kupu-kupu dengan motif warna emas atau kekuningan yang melambangkan manusia yang dilindungi oleh hewan. Selain itu, baju adat Sabu juga merupakan warisan budaya material orang sabu kepada anak-anaknya.
Tenunan khas Sabu ini juga biasanya terdiri dari tiga jenis yakni Ei (Sarung), Higi (Selimut) dan Heleda (Selendang). Soal warna, tenun Sabu Raijua memiliki corak yang berwarna cerah dan juga beragam.
Baju Adat Klungkung
Terkenal dengan pariwisatanya yang menakjubkan tidak menjadikan Bali melupakan tradisi adat dan istiadatnya yang masih berkembang hingga saat ini. Walaupun didatangi oleh berbagai macam orang dari berbagai negara, budaya asli Bali yang sangat kental masih bisa ditemukan di berbagai tempat.
Surganya para bule ini juga terus berupaya untuk memperkenalkan adat dan istiadatnya kepada wisatawan yang datang ke tempat ini. Tak terkecuali dengan wastra khas Bali yang kerap dipakaikan kepada para pelancong ketika mengunjungi kuil-kuil yang ada di Bali.
Berbicara soal kain dari Bali, pada HUT ke-74 RI tahun lalu, Joko Widodo mengenakan pakaian adat yang berasal dari Klungkung Bali. Tampil dengan baju safari beludru hitam dengan bordiran emas, dipadankan dengan tenun ikat khas klungkung makin menambahkan kesan gagah.
Tenun ikat khas Klungkung ternyata memiliki dua macam yaitu kain tenun ikat tradisional (endek) dan kain tenun songket yang proses pembuatannya berbeda-beda. Khusus untuk kain endek, selain berfungsi sebagai kain upacara keagamaan, kini pemakaiannya sudah mulai populer dijadikan sebagai bahan kemeja.
Jokowi juga mengenakan aksesoris pada kepalanya yang juga berasal dari Bali yaitu udeng. Udeng bagi masyarakat Bali juga memiliki filosofi tersendiri yaitu menjadi simbol dari 'ngiket manah' atau pemusatan pikiran. Jadi dalam proses pembuatannya pun tidak boleh asal-asalan. (detikTravel/a)