Malang (SIB)-
Festival Malang Tempoe Doeloe bakal dihadirkan kembali setelah pada 2013 vakum karena bersamaan dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah.
Konseptor Malang Tempoe Doeloe Dwi Cahyono di Malang, Rabu, mengatakan konsep festival pada 2014 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang dipusatkan di Jalan Besar Ijen selama empat hari.
Pada 2014, bersamaan dengan peringatan satu abad Kota Malang, katanya, konsepnya lebih banyak menghadirkan foto-foto bangunan masa lalu yang dibandingkan dengan bangunan yang telah direnovasi.
"Foto-foto bangunan masa lalu berukuran raksasa yang dipasang di gedung bersangkutan bisa dinikmati mulai pekan ini hingga Mei nanti, termasuk nama-nama jalan pada zaman Belanda yang dipajang di bawah jalan yang sekarang," katanya.
Konsep menghadirkan foto-foto gedung ukuran raksasa di gedung bersangkutan maupun nama jalan tersebut, kata Dwi, untuk mengingatkan masyarakat akan sejarah dan kejayaan Kota Malang pada masa lalu.
Bahkan, katanya, saat ini sudah ada beberapa foto gedung masa lalu yang dipasang di gedung yang sekarang, seperti Sarinah Plaza, gedung Bank Indonesia, dan Alun-Alun Merdeka.
Ia mengatakan akan ada 100 tempat yang menjadi lokasi foto, termasuk nama-nama jalan di Kota Malang. Masyarakat akan melihat dua nama jalan selama festival itu berlangsung di 100 tempat.
Pertama, nama jalan sesuai yang telah ditetapkan pemerintah saat ini, dan kedua nama jalan Kota Malang tempo dulu.
Ia mencontohkan Jalan Batok yang dulu bernama Tosari Straat, Jalan Bawean yang dulu bernama Bawean Weg, dan Jalan Belakang Rumah Sakit yang dulu bernama Hospitaallen.
Selain memasang foto-foto gedung dan nama jalan pada masa lalu, kata Dwi, festival itu dilengkapi pesta kuliner di Jalan Gajah Mada pada 27 April dan diikuti 50 gerai makanan dan minuman khas Malang, termasuk sejumlah gerai dinas dan komunitas yang bakal meramaikan festival tersebut.
Panitia juga akan menghadirkan 10 panggung di 10 tempat pada 2 Mei 2014. Panggung-panggung itu akan menampilkan karya seni modern dan tradisional yang dimainkan oleh 100 komunitas seni di Kota Malang, seperti panggung di Mal Ramayana untuk pentas drama, di depan Bioskop Merdeka akan ada festival film 70-an, dan di pentas dolanan akan ada Panggung Ludruk.
Dwi juga membuka kesempatan bagi seluruh seniman dan masyarakat untuk terlibat dalam acara itu dengan menghubungi panitia di Yayasan Inggil atau di Disbudpar Kota Malang.
"Sebab, bisa saja ada secuil sejarah penting yang luput dari rekaman panitia. Terlebih, sejarah kota ini juga cukup panjang apabila diceritakan lewat festival tahunan ini," katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang Sri Wahyuningtyas berharap, masyarakat bisa mendukung dan memeriahkan acara itu.
Warga Malang akan kembali bisa menikmati suasana Malang Tempoe Doloe atau Festival Malang Kembali pada 2 Mei 2014 di sepanjang Jalan Basuki Rahmad (Kayutangan) hingga Alun-Alun Merdeka.
Pemilihan lokasi gebyar festival Malang Tempoe Doeloe di Kayutangan karena pada zaman penjajahan, lokasi itu merupakan tempat berkumpul orang Belanda di Kota Malang serta menjadi pusat kota pada zaman itu.
Pada perhelatan Malang Tempoe Doeloe tahun-tahun sebelumnya, setiap hari warga yang berkunjung dan menikmati festival tersebut rata-rata mencapai 100 ribu jiwa, bahkan lebih. Festival Malang Tempoe Doeloe yang sebelumnya digelar di Jalan Besar Ijen itu menggunakan konsep yang menghadirkan suasana Malang pada saat itu yang tidak ada penerangan listrik.
Lampu-lampu yang menerangi setiap gerai dan jalan adalah lampu teplok dan kendaraan satu-satunya yang boleh dipakai masyarakat adalah andong, bahkan kuliner dan pakaian pengunjung harus berkaitan dengan masa lalu.
(Ant/f)