Wina (SIB)-
Bangsa Austria dikenal berbudaya tinggi sekaligus sangat konservatif. Di bidang musik misalnya, bangsa ini melahirkan nama-nama legendaris: Franz Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart dan Ludwig van Beethoven.
Oleh sebab itu, ketika sebuah karya budaya asing mendapat sambutan hangat dan diapresiasi oleh masyarakat Austria, itu menunjukkan budaya tersebut mengena dan menyentuh selera tinggi mereka.
Seperti terlihat pada pementasan tari kelompok seni Kraton Yogyakarta Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Kridomardowo di Weltmuseum, Wina, Austria, Senin (21/4) waktu setempat.
Pada kesempatan tersebut dipagelarkan 3 tarian, yaitu tari Tari Serimpi Pandhelori yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI (1856-1877).
Tari Serimpi, yang berakar dari kata bermakna Mimpi ini dibawakan oleh 4 orang penari putri, yang juga sebagai simbol keseimbangan dari 4 nafsu dasar manusia. Sementara gerakan lembut dan perlahan menggambarkan situasi yang khidmat.
Disusul Tari Menak Kakung karya Sultan Hamengku Buwana IX pada akhir 1941. Tarian ini berdasarkan cerita Menak di Keraton Yogyakarta. Literatur Menak adalah adaptasi dari budaya Islam khususnya menceritakan tentang salah seorang paman dari Nabi Muhammad SAW, Hamzah, ke dalam literatur Jawa.
Tarian yang dibawakan oleh 2 penari pria ini menggambarkan pertarungan antara Umarmaya dan Umarmadi yang kemudian berakhir dengan keduanya mengikuti Hamzah dan misi agama Islamnya.
Tarian ketiga adalah tari Golek Asmarandana Bawaraga yang dibawakan oleh 4 penari putri menggambarkan 4 karakter wanita yang tumbuh dewasa dengan segala dinamika dan kebahagiaan dari karakter tersebut.
"Pementasan ini adalah salah satu bentuk promosi seni budaya Indonesia, khususnya seni budaya Jawa, kepada masyarakat Austria," demikian Konselor Informasi dan Diplomasi Publik Dody Kusumonegoro.
Para penonton menyaksikan pementasan dengan seksama. Salah seorang penonton Austria, Markus, yang juga seorang penari Ballroom, menyatakan kekagumannya terhadap setiap gerakan dan makna dari gerakan tari yang diyakininya mempunyai arti mendalam.
"Keseimbangan dan gerakan gemulai yang ditunjukkan para penari cukup menakjubkan," komentar Markus.
Sementara itu Alexandra, mahasiswi Universitaet fuer Musik und darstellende Kunst (Universitas Musik dan Seni) di Wina yang mendalami seni balet, menyatakan ingin mempelajari lebih jauh mengenai filosofi dari tarian Jawa.
"Karena menurut saya setiap gerakan tari sarat dengan makna dan meditasi," ujar Alexandra.
Kelompok seni Keraton Yogyakarta KHP Kridomardowo dipimpin oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pemda DIY, Gusti Bendara Pangeran Harya (GBPH) Yudaningrat.
Selain mengadakan pementasan di kota Wina, kelompok seni dimaksud juga akan mengadakan pagelaran di Republik Slovenia dalam rangkaian peresmian Rumah Joglo di Kebun Raya Arboretum, Slovenia, 23 April 2014.
Rumah Joglo tersebut merupakan donasi dari Indonesia, khususnya Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam upaya memperkuat hubungan bilateral RI-Slovenia, terutama di bidang kerjasama kebudayaan.
(detikcom/q)