Seoul (SIB)- Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, menyatakan siap untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, asalkan ada terobosan dalam penanganan program nuklir Pyongyang. "Tak ada alasan untuk tidak mengadakan pertemuan antar-Korea jika ada terobosan dalam penanganan isu nuklir Korea Utara dan sudah ada perkembangan dalam memperkuat hubungan Korut-Korsel," ujar Park dalam pernyataan tertulis untuk menjawab pertanyaan para jurnalis asing yang dikeluarkan, Jumat (13/11) .
Park mengatakan bahwa pertemuan itu hanya mungkin terjadi jika Korea Utara bersikap proaktif untuk mengadakan dialog yang baik. Sebelumnya, Amerika Serikat dan Korea Selatan juga menyatakan kesiapan untuk mengadakan pembicaraan dengan Korut sebagai upaya menghentikan program nuklir. Namun, Korea Utara selalu mengelak.
Meskipun ketegangan militer terus terjadi, pada Agustus kedua negara korea berkomitmen untuk mengadakan pembicaraan tingkat tinggi. Namun hingga ini, belum ada dialog terjadi. Beberapa pengamat meyakini, sangat kecil kemungkinan pertemuan tersebut dapat terwujud. Sejauh ini, baru dua kali para pejabat Korut dan Korsel bertatap muka secara resmi, yaitu pada 2000 dan 2007.
"Korea Utara masih mengasah terus kemampuan nuklir dan rudalnya," ucap Park yang juga mengajak komunitas internasional untuk terus mengirimkan pesan jelas kepada Pyongyang agar menghentikan program senjata nuklirnya.
Dalam pernyataan tertulis ini, Park juga menjawab pertanyaan wartawan mengenai penyelesaian masalah Jugun Ianfu dengan pemerintah Jepang. Jugun ianfu atau "comfort girl" adalah wanita-wanita dari Korea Selatan, China, dan Indonesia yang diculik dan dipaksa melayani para tentara Jepang pada Perang Dunia II. Menurut Park, Jepang harus segere menyelesaikan masalah tersebut. "Saya berharap pemerintah Jepang dapat segera menghadirkan solusi yang dapat diterima para korban dan dianggap wajar oleh orang-orang Korea," tulis Park.
Sebelumnya, Korsel menuntut permintaan maaf resmi dan kompensasi bagi 47 para Jugun Ianfu yang masih hidup. Namun, Jepang beranggapan bahwa masalah tersebut sudah diselesaikan dalam perjanjian normalisasi pada 1965. Tokyo sudah membayar US$800 juta atau setara Rp10,9 triliun untuk hibah atau pinjaman kepada negara-negara yang pernah menjadi jajahannya.
Dalam pertemuan bilateral dengan Park, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, berjanji akan mempercepat proses konsultasi untuk menyelesaikan masalah ini. Park mendesak Abe untuk tak menunda-nunda penyelesaian masalah Jugu Ianfu ini. "Ini adalah waktu yang tepat untuk membuat keputusan," katanya.
(CNNIndo/l)