Keterlibatan semua pihak dalam membangun dan mengembangkan Kawasan Danau Toba menjadi akselerasi menuju wisata go internasional. Termasuk Pers, harus ambil andil dalam mengarahkan dan mengkawal proses pembangunan itu sendiri. Khususnya dari sisi publikasi, sehingga masyarakat tidak buta akan program pembangunan yang sedang berlangsung dan pemerintah tidak akan hanya menggembor-gemborkan rencana pembangunan agar rakyat senang.
Sebab, pengembangan sektor pariwisata tidak bisa dipandang sebelah mata karena bisa mendulang penghasilan secara ekonomi yang luar biasa. Seperti disampaikan Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Rizal Ramli selaku keynote speaker pada Konvensi Nasional Media Massa dengan topik “Refleksi Pers Nasional, Menjawab Tantangan Pembangunan Poros Maritim dan Menghadirkan Kesejahteraan†dalam rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional 2016 yang digelar di Nusa Tenggara Barat, pada 5-10 Pebruari 2016 di Hotel Lombok Raya, Mataram. “Kita harus komit membangun sektor pariwisata karena potensinya luar biasa, bahkan bisa melewati pendapatan dari sektor migas, karena wilayah Indonesia ini sangat indahâ€.
Pemerintah pusat yang menyatakan komitmen luar biasa terhadap pengembangan kawasan Danau Toba, barangkali tidak begitu banyak orang yang menaruh harapan. Itu bisa dipahami, mengingat sekian lama kawasan ini memang seperti terbiarkan. Berbagai gerakan ataupun rencana yang dicanangkan oleh pemerintah selama ini, belum ada yang menghasilkan perubahan yang menjanjikan. Nah, pers harus mengambil peran di sisi ini sehingga harapan itu muncul dan tumbuh.
Sungguh, pers tidak bisa diabaikan dan tidak bisa abai akan apa yang sedang terjadi. Tidak hanya sekedar memberikan seremonial pertemuan para pejabat negara yang membahas tentang program pembangunan, peletakan batu pertama atau seremonial lainnya. Sekedar memenuhi target berita untuk mengisi halaman di koran atau media massa lainnya, atau untuk menaikkan rating media online.
Sebagai kontrol sosial, dan juga sebagai media pendidikan bagi rakyat atau pembacanya. Lewat media, pers menuangkan informasi yang sesungguhnya terjadi, dengan kajian-kajian yang matang.
Menjadi kebanggaan Sumatera Utara, sumber daya alam yang luar biasa seperti Danau Toba. Bukan saja sumber daya alam, namun ada ekosistem yang luar biasa yang menunjukkan keagungan maha karya sang pencipta seperti lingkungan, budaya dan kehidupan perekonomian masyarakat.
Lingkungan hidup yang begitu luar biasa dengan sumber daya yang melimpah, bahkan sejarah geologi yang penuh dengan kejutan dan kejutan. Di belahan dunia mana pun, tidak akan ada ditemukan lingkungan alam yang begitu luar biasa sehingga menjadi danau vulcano terbesar di Asia Tenggara. Kini dengan geo site yang ada diseputaran kawasan danau, penuh dengan informasi untuk ilmu pengetahuan.
Bukan saja lingkungan yang asri, kebudayaannya yang dianut masyarakat sekitar yang unik. Wilayah geografis yang tidak begitu luas, namun dihuni oleh penduduk dengan bahasa yang berbeda-beda. Ada puak yang berbeda dari sisi yang satu dengan sisi yang lain. Namun itu semua menjadi kekayaan yang tidak tergantikan oleh apapun.
Histori-histori rakyat yang ada di kawasan Danau Toba sudah ditetapkan menjadi Geopark Nasional Kawasan Kaldera Toba sejak 2013 juga cukup banyak dan memiliki nilai dan arti sebagai bagian sejarah perjalanan kawasan strategis nasional tersebut. Bahkan banyak yang nyaris dilupakan.
Di daerah ini juga terjadi proses perekonomian yang cukup menopang untuk kehidupan masyarakat sekitar. Pertanian, peternakan, dan sektor perikanan tadinya menjadi sektor utama penghidupan masyarakat sekitar. Kini, sektor bisnis lainnya menjadi bagian penopang kehidupan warga sekitar danau.
Industri pariwisata telah masuk ke kawasan ini puluhan bahkan mungkin dalam hitungan waktu yang lebih lama. Dan kini, pemerintah sudah semakin meningkatkan campur tangannya untuk membangun kawasan ini.
Nah, apakah ini benar-benar untuk pembangunan yang sesungguhnya? Disinilah peran pers harus benar-benar memberikan dampak yang signifikan. Pers mestinya tidak ada kepentingan terselubung dalam mengkawal proses pembangunan dimaksud.
Era pemerintahan Presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla lebih memberikan ruang kepada insan pers dalam melakukan tugasnya sebagai lembaga jurnalistik. Bahkan, banyak batasan yang dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya sebagai tembok pembatas akses informasi, kini sudah dirobohkan dengan cara yang sangat sederhana. Kepala negara lebih terbuka dan menyampaikan informasi secara langsung kepada masyarakat.
Pers jangan terlena, karena rakyat yang akan menjadi korban. Bisa jadi semakin rumit ke depan ketika pers lengah. Untuk itulah, harus menyingsingkan lengan baju dan menyingkirkan segala kepentingan sepihak. Masyarakat Sumut khususnya masyarakat sekawasan Danau Toba sudah cukup lama terkubur dalam garis kemiskinan akibat tidak diberdayakannya kekayaan yang tersimpan di bawah bantal empuknya selama ini.
Geliat perekonomian diawali dengan geliat kegiatan masyarakat dalam hal budaya dan penyadaran masyarakat. Bukan saja berhenti disitu, keterlibatan masyarakat tentunya menjadi kata kunci utama agar masyarakat mengerti dan bisa memberikan sumbangsih kepada pemerintah dalam proses pembangunannya.
Kini, saat kondisi Danau Toba semakin sekarat. Berhembus angin sejuk dari program pembangunan. Meskipun pemerintah mengatakan akan menjadikannya menjadi Monaco Of Asia, bagi rakyat kawasan Danau Toba adalah rumah mereka. Itu yang harus dibangun dari saat ini, lewat penyadaran bagi masyarakat dan informasi bagi pemerintah yang dilakukan pers lewat karya jurnalistiknya.
Sebagaimana disampaikan tokoh masyarakat Sumut yang memberikan perhatian terhadap pembangunan kawasan Danau Toba dalam tulisannya “Danau Toba: Now or Ever†di Harian Sinar Indonesia Baru edisi Kamis (24/3/2016), “Akan menjadi ironi, jika ternyata pemerintah pusat malah lebih serius membangun Sumut daripada kita sendiri yang mendiaminya, karena pada akhirnya, kita sendirilah yang kelak akan menuai efek positif yang timbul dari semua akselerasi pembangunan ituâ€. Penulis menilai, kritikan ini ditujukan kepada semua pihak khususnya insan pers untuk mewujudkan ‘Sumut Paten’ sebagai dampak pembangunan.
Danau Toba sudah lama hanya menjadi kenangan yang kenyataannya masih ada. Tersimpan jauh di lubuk insan setiap putra daerah yang enggan memberikan hatinya akibat kekacauan yang kini sudah terjadi. Harapan baru muncul, ketika ada sejumlah orang di pemerintahan bersuara untuk perbaikan. Baik itu menyuarakan agar pemerintah mengajukannya sebagai Global Geopark Network (GGN) di bawah jaringan UNESCO yang gagal di tahun 2015 dan upaya lainnya.
Pemerintah seakan ‘meneror’ masyarakat Sumut di kawasan Danau Toba dengan kejutan-kejutan program pembangunan. Awal tahun 2016, menteri duduk bersama di Balige membahas pembangunan kawasan ini. Bahkan menyatakan sekitar Rp21 triliun akan dialokasikan dari APBN untuk pembangunan infrastruktur.
Belum lama, sejumlah program pembangunan jalan ekspres atau jalan tol dilaunching. Didukung lagi dengan sejumlah program berskala nasional seperti penetapan sekitar 30 titik kawasan sebagai wilayah pertumbuhan (WP) di seluruh Indonesia dan diantaranya ada di Sumatera Utara.
Demikian juga dengan pemerintah Provinsi Sumut lewat program kerja Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu H T Erry Nuradi yang melakukan upaya jemput dan tangkap bola. Sehingga rencana pembangunan yang nyata bisa mewujudkan impian seluruh masyarakat Sumut. Saatnya terus bekerja. Wujudkan Geopark Kaldera Kawasan Danau Toba menjadi ‘sumur penghidupan’ yang tidak kunjung kering bagi warga Sumut.
Rakyat tidak akan memiliki kesempatan menanyakannya kepada pemerintah satu persatu. Namun, lewat bantuan pers, tentunya rakyat akan mampu memperoleh informasi. Hal ini yang harus disadari, sehingga informasi yang hendak disajikan benar-benar dengan informasi yang membangun, memberikan pengetahuan kepada rakyat. Itu perlu ditekankan.
Menjadi mediator yang baik antara rakyat dan pemerintah, pers tidak perlu menjadi hamba bagi keduanya. Namun dengan tegak berdiri di naungan UU No 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Meski tidak menjadi hamba, tetap harus mengabdi bagi kepentingan rakyat. Lewat organisasi profesi pers yang ada di Sumut, kiranya bisa mendorong ini. Kami masyarakat Sumut menaruh harap. Horas! (Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Karya Tulis dan Foto Pers Tahun 2016 dalam rangka Hari Jadi ke-68 Provinsi Sumatera Utara)