Jakarta (SIB)
Label anak jalanan di mata masyarakat sering dianggap negatif, namun hal tersebut tidak menjadi kendala bagi Komunitas Taman Potret (Kotret), komunitas yang fokus di bidang fotografi. Kotret pun mengajak masyarakat mengembangkan keahlian mereka di bidang memotret. Kotret didirikan pada 2015 seiring diresmikannya Taman Potret di Cikokol.
Ketua Kotret Adrianto mengatakan sebagai pecinta fotografi ia merasa tergerak untuk membuat komunitas agar bisa menyatukan hobi yang sama serta membagikan ilmunya. "Mereka saat ini tergabung di majelis preman dan ingin mengubah diri ke arah yang lebih baik itu harus mendapat dukungan. Selain itu mereka anggotanya juga tertarik fotografi dan menulis, akhirnya pas," ucap Adrianto beberapa waktu lalu.
Kotret telah melakukan edukasi fotografi dan video ke belasan kampung tematik yang ada di kota Tangerang, kemudian pernah memberikan pelatihan teknik fotografi lubang jarum di LPKA Tangerang serta pelatihan singkat foto ke PMI cabang Tangerang dan kegiatan sosial lainnya misalnya pemberian bantuan bagi korban banjir, bantuan warga terdampak covid. "Intinya, kami ingin para anggota di sini bisa mengembangkan diri dan mentransfer ilmunya kepada khalayak luas atau yg membutuhkannya," kata Adrianto.
Adrianto ingin mendorong dan meningkatkan wawasan serta kemampuan dalam memotret. Untuk itu tak jarang dalam momen tertentu Kotret mengadakan hunting bareng, misalnya beberapa waktu lalu dalam perayaan Imlek. Pernah juga membuka kelas diskusi yang disampaikan secara online melalui grup whatsapp.
Salah satu kegiatan yang dijalani oleh Kotret belakangan ini pengenalan fotografi jurnalistik dan penulisan berita yang akan dilakukan selama satu bulan setiap Sabtu dan Minggu. Pelatihan itu diberikan kepada belasan anak jalanan yang tergabung dalam Majelis Preman (Maprem) selama bulan Juli - Agustus 2020.
Pendiri Maprem Hidayat Shaleh mengatakan kegiatan ini diisi oleh para pengamen jalanan dan anak punk di Kota Tangerang. Mereka adalah sekumpulan preman yang hendak hijrah dari kehidupan sebelumnya, serta berupaya menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama. "Meski telah dicap buruk oleh masyarakat, namun semangat mereka tak pudar untuk menjadi insan yang lebih bermanfaat. Perlahan tapi pasti, mereka ingin ubah persepsi itu. "Di sini rata-rata anak-anak jalanan. Pelajaran ini mungkin tabu, tapi sangat bermanfaat untuk kami," ujar Hidayat Shaleh.
Dia berharap ilmu yang mereka peroleh saat ini dapat diaplikasikan. Sehingga, perlahan tapi pasti dapat mengubah kehidupan anak jalanan yang awalnya dipandang sebelah mata menjadi diapresiasi karena karya tulisan atau fotonya. "Alhamdulilah saya sangat bersyukur dengan bantuan teman-teman Kotret. Mereka bersedia memberikan materi untuk anak-anak jalanan disini," ujar Hidayat.
Saat ini, kata Hidayat sebagian peserta edukasi ini masih kerap turun ke jalanan untuk mencari nafkah seperti mengamen. "Mereka ngamen dulu baru belajar. Atau sebaliknya, belajar dulu baru ngamen," katanya.
Sementara itu, Adrianto mengatakan edukasi yang diadakan ini bermula dari keprihatinan terhadap anak-anak jalanan. "Tidak ada salahnya ketika kita punya ilmu lalu kita berbagi dengan anak-anak jalanan. Syukur-syukur ketika edukasi selesai dapat diaplikasikan, mereka belajar liputan dan menjadi wartawan," ujarnya.
Wartawan Foto Indopos ini mengakan ketika target waktu edukasi selama 1 bulan selesai, pihaknya berencana menggelar pameran Foto. Pameran tersebut nantinya akan diisi oleh karya dari anak-anak jalanan. "Tujuannya adalah untuk memacu semangat mereka. Ketika ada pameran dan karyanya dipajang itu akan menjadi motivasi untuk mereka sendiri," ucapnya.
Adrianto berharap komunitas ini bisa memberikan manfaat bagi masyarakat luas sehingga bisa meningkatkan angka kecerdasan serta wawasan mereka. "Lebih jauh kami ingin warga khususnya pemuda bisa berkarya dengan positif dan bermanfaat baginya kelak untuk kesejahteraan," pungkasnya. (Tempo.co/f)
Sumber
: Hariansib.com edisi cetak