Pandemi Covid-19 sepertinya tidak bisa mematikan kreativitas para anggota Komunitas BISA (Berkreatif, Inovatif, Solutif, Aktif). Mereka tetap melihat peluang ekonomi yang sama seperti masa sebelumnya.
Satu di antaranya Endah Purwaningsih, seorang ibu rumah tangga yang gemar melukis di berbagai bidang, terutama pada kain. Warga Griyo Wage Asri II Wage Taman Sidoarjo itu mampu menghasilkan produk kreatif berbasis lukis, seperti jilbab, mukenah, tote bag, taplak, dan banyak lagi.
Produk-produk kain lukis itu, katanya, menarik minat banyak pembeli, terutama mereka para pecinta art,khususnya seni lukis. Ragam produk itu ditawarkan secara online melalui kanal media sosial instagram dan whatsapp bisnis.
Namun ujian pasar terjadi ketika negeri ini dilanda pandemi Covid-19. Reaksi pasar berubah karena hampir semua instansi dan masyarakat mengalokasikan dana untuk keamanan pangan dan kesehatannya.
Namun Endah dan kawan-kawannya berpikir keras agar tetap bisa berproduksi dan jualan tetap jalan. Alhasil, ia menemukan jalan dan memproduksi barang-barang yang sangat dibutuhkan saat pandemi, antara lain tempat cuci tangan dan masker. Kedua produk itu tetap disematkan seni lukis sebagai basis utamanya, sehingga tampil cantik.
Masker kain berhias seni lukis itupun banyak diminati sehingga makin memacu semangatnya untuk terus berproduksi. Dijual dengan harga Rp20 ribu, ia pun banyak mendapat pesanan, baik dari pembeli langsung maupun reseller.
Baik masker maupun produk miliknya, kini sudah merambah berbagai kota di Jawa Timur, seperti Surabaya, Sidoarjo, Lamongan dan lainnya. Untuk memenuhi pesanan itu, selain berproduksi sendiri ia juga memberdayakan ibu-ibu lain yang tergabung dalam komunitas tempat dirinya berkembang, yakni Komunitas BISA.
Manfaatkan Jejaring Komunitas
Mulanya Endah melukis bukanlah karena memiliki bakat sen, tapi karena sering menemani anaknya yang mendapat tugas menggambar dari sekolah. Lambat laun ia makin menikmati dan menerapkannya pada bidang lain.
Kemahiran melukisnya semakin terasah ketika bergabung dengan Komunitas BISA yang digagas oleh Estu Supamiarsih, pada medio 2018. Sebelumnya Estu sudah banyak menggelar kegiatan bersama ibu-ibu dalam berbagai acara.
Ia sering mendapat curhatan dari ibu-ibu yang ingin jualan tetapi bingung mau jualan apa."Kemudian yang ada di pikiran saya, bagaimana berbagi pengetahuan kepada ibu-ibu itu, agar mampu menghasilkan barang yang bisa diproduksi secara mandiri," kata Estu baru-baru ini.
Estu mulai mengumpulkan beberapa teman yang mempunyai keahlian tertentu. Termasuk di antaranya Endah. Gayung pun bersambut, ide-ide sederhana akhirnya berkelanjutan.
"Di awal, bisa mengumpulkan ibu-ibu sebanyak 10-25 orang sudah cukup. Terlalu banyak pun, menurutnya, juga tidak maksimal. Akhirnya mulai kami membuat pelatihan-pelatihan, dari membuat kain dengan Ecoprint, melukis hijab hingga ke baju. Karena ibu-ibu peserta ini suka, akhirnya mereka produksi sendiri," ungkapnya.
Akhirnya Estu dan kawan-kawan mulai membuat lebih banyak pelatihan. Tidak hanya membuat benda-benda kerajinan atau craft, tetapi juga pelatihan memasak atau cooking. Saat peserta semakin banyak, dibentuklah wadah dengan nama komunitas BISA (Berkreatif, Inovatif, Solutif, Aktif)
Berbagai pelatihan dilakukan di Surabaya hingga Nganjuk. Komunitas ini pun membentuk WA Grup agar senantiasa saling terkoneksi antar anggota yang tersebar itu.
"Anggota yang terkoneksi dalam wadah grup WA itu hingga sekarang sebanyak 50-an orang. Dalam komunikasi grup itu, saya berperan seakan sebagai konsultan mereka. Tidak hanya seputar kreativitas, termasuk di dalamnya menampung curhatan mereka," jelasnya diiringi tawa.
Sebenarnya, kata Estu, nyaris semua anggota punya kemauan dan kemampuan kreatif. Sayangnya, beberapa anggota masih malu untuk menunjukkan hasil karyanya ke pasar. Tidak cukup 'PD' dengan hasil karyanya.
"Jadi tugas saya yang lain adalah membangkitkan rasa percaya diri mereka akan produk karyanya. Terlebih lagi di jaman sekarang yang serba digital. Sudah tidak ada tempat lagi untuk isin-isin," tegasnya.
Komunitas yang latar belakang anggotanya hampir semua ibu rumah tangga ini tidak hanya diberi pelatihan untuk berproduksi, tapi sekaligus saling bantu membuka akses pasar. Ada yang melalui bazar, pameran, akses ke sentra UKM, hingga toko oleh-oleh khas.
Berproduksi dari Rumah
Selama ini, kata Estu, banyak menggelar kegiatan di Taman Flora Surabaya, yang penuh bunga nan asri. Tapi sementara waktu kegiatan kumpul-kumpul ditiadakan untuk mencegah penyebaran penyakit Covid-19.
"Karena tidak boleh ada kerumunan, kami berproduksi di rumah. Komunikasi selama pandemi hanya dilakukan melalui grup WA untuk saling sharing soal motif lukis yang akan disematkan pada produk yang dibuat. (Suarasurabaya.net/f)
Sumber
: Hariansib edisi cetak