Sa Saku adalah sebuah komunitas yang memiliki misi menyebarkan literasi bagi anak-anak di pelosok Papua. Komunitas ini berada di kepulauan Kabupaten Yapen, Papua dan dibentuk Agies Pranoto, pada medio Maret tahun 2017 lalu. Tujuan komunitas ini agar para anggotanya Ber saku mengumpulkan berbagai bahan bacaan mulai dari buku dongeng, dan buku pengetahuan, baik bekas maupun buku baru.
"Tujuan saya mengumpulkan buku karena melihat kondisi masyarakat di kepulauan Yapen dimana saya tinggal bersama suami yang bertugas di Serui, Yapen, saya ingin menumbuhkan minat baca anak sekolah mulai dari kalangan pelajar Sekolah Dasar sampai masyarakat penduduk asli di sini, kami memulainya bersama tiga orang kawan dan mulai mencari buku, Saat ini kami Saku mengirimkan setiap bulan 100 buku bacaan layak baca, ke beberapa sekolah yang kebanyakan ada di pelosok kampung, dan baru sebanyak 1.000 buku lebih yang kami distribusikan sampai sekarang," ungkap Agis yang juga seorang jurnalis, baru-baru ini.
Saku kini dibantu para relawan yang hingga saat ini berjumlah empat volunteer, dan oleh kawan-kawan pengajar Muda dari Yayasan Indonesia Mengajar. Alhasil, buku buku yang distribusikan itu sangat memengaruhi perilaku anak-anak di pelosok Papua agar tertarik untuk belajar membaca, bahkan permintaan buku di beberapa sekolah terutama yang ada dipelosok kampung semakin meningkat
"Buku bacaan dongeng dan ensiklopedia sangat dibutuhkan, kami masih menjaring donatur buku untuk bekerja sama," sebutnya.
Saku akhirnya mulai mendapat perhatian oleh beberapa taman baca yang ada di luar kota, namun banyak pula yang mendukung secara langsung seperti pejabat daerah, perpustakaan daerah, dan juga anggota dewan di Serui yang peduli terhadap pendidikan.
"Tentunya akan ada banyak lagi pegiat-pegiat literasi di pelosok yang juga tergerak untuk melakukan perubahan, kami saja mau bergerak ke pelosok dengan menyeberangi laut dengan motor boat, bahkan mengantar buku hingga menempuh jalan berpuluh-puluh kilometer agar buku kami sampai ditempat tujuan dengan utuh, Kami melakukan ini karena mengetahui banyak di luar sana anak-anak yang sangat merindukan sosok buku bacaan, yang bisa mengisi pengetahuan mereka," imbuh Agis.
Dia berharap makin banyak yang terlibat, baik itu untuk donatur buku maupun pegiatnya, baik pemerintah dan juga secara pribadi, karena kami sangat membutuhkan buku bacaan. Untuk menunjang kegiatan ini Agis juga melakukan bisnis kecil di rumahnya dengan membuka warung kopi bernama Kopi Yoi sambil menunggu datangnya buku-buku. (Komunita.id/f)
Sumber
: Hariansib edisi cetak