Jumat, 22 November 2024

Ria Papermoon Perjuangkan Komunitas Teater Boneka

Redaksi - Sabtu, 09 Januari 2021 09:25 WIB
559 view
Ria Papermoon Perjuangkan Komunitas Teater Boneka
Foto Dok/Papermoon Puppet Theatre
Papermoon Puppet Theatre menggelar pementasan teater boneka bertajuk Puno Letters to the Sky di IFI-LIP Yogyakarta, Rabu (4/7/2018). Karya ini berkisah tentang cara seorang gadis kecil menghadapi kehilangan ayahnya yang terkasih. Ini adalah pertu
Jakarta (SIB)
Papermoon Puppet Theatre adalah komunitas yang menyelenggarakan pertunjukkan boneka asal Yogyakarta. Papermoon Puppet Theatre adalah salah satu komunitas yang telah membanggakan Indonesia. Komunitas yang diprakarsai oleh Maria Tri Sulistiyani dan Effendi ini telah berhasil berjaya di Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Thailand dan Australia.

Komunitas yang telah terbentuk sejak 2006 ini tetap eksis meski ada lika-liku yang dilewati untuk mempertahankannya tanpa adanya role model. Saat awal-awal terbentuknya Papermoon Puppet Theatre, banyak orang datang dan pergi hingga tersisa Ria dan Iwan yang jadi tonggak keberhasilan komunitas tersebut. Dalam kanal YouTube Kompas.com,

Ria panggilan akrab untuk Maria menjelaskan alasannya mempertahankan Papermoon Puppet Theatre. Adapun Papermoon Puppet Theatre adalah satu kesatuan seni rupa dengan seni pertunjukan. Ria mengatakan, antusias setiap orang yang menonton pertunjukan Papermoon Puppet Theatre membuat ia berpikir untuk terus memperjuangkan komunitas itu.

"Pertemuanku dengan penonton membuatku merasa ini worth it untuk diperjuangkan. Jadi bolak balik aku selalu berpikir bahwa ketika ini seni pertunjukkan. Seniman tak bisa berdiri sendiri. Namanya saja seni pertunjukkan, itu namanya dipertontonkan ada pihak lain yang kemudian menjadi bagian dari karya kita dan mereka dalah penonton," ujar Ria, Rabu (6/1/2021).

Ria menyadari bahwa teater boneka adalah passion-nya selama ini. Meski sudah empat tahun ikut seni teater saat kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM), dia hanya tertarik tanpa melanjutkan untuk konsen di komunitas itu.

Ia lebih memilih fokus untuk menjalani komunitas teater boneka yang dibentuknya. Menurut dia, dengan memainkan boneka artinya kita fokus dengan cerita yang disampaikan lewat medium boneka tersebut.

"Kita semua ngikutin bonekanya, bonekanya bisa apa. Dia dibuatnya dengan apa, kemampuan, geraknya bagaimana, kita enggak bisa paksa . Terus lagi aku berpikir. Semua orang tahu Elmo, big beard tapi tidak ada yang tahu Kevin Clash siapa. Dia adalah orang yang memainkan teater Elmo," kata Ria.

"Memainkan teater boneka is not about you, you're selfless. Kita tuh, aku dan teman teman Papermoon merasa ini semua tentang boneka, ini semua tentang boneka, ini semua tentang ceritanya," tambah Ria. Oleh karena itu, ia sangat cinta dengan teater boneka. Karena berkat teater boneka itu, ia jadi bertemu banyak orang dan memperkenalkan karya seninya.

Dia pun tak ambil pusing jika komunitas teater boneka miliknya ini diremehkan atau dipandang sebelah mata oleh orang lain. Sebab dengan begitu, ia bisa menunjukan kemampuan dari seni pertunjukannya tersebut.

"Itu peluang aku teater yang kudapatkan karena teater, bertemu dengan penyintas 65, penyintas GAM Aceh lewat teater. Meski banyak orang memandang sebelah mata. Tapi di satu titik gini, semakin kami dianggap sepele, kami semakin senang di situ karena kami punya keleluasaan ingin menunjukan," ungkap dia. (Kompas.com/a)

Sumber
: Hariansib edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru