Senin, 16 Desember 2024

Pasar Vietnam-AS Buru Buah Eksotis Sumedang Berkhasiat Obat Kanker dan Rematik

Robert Banjarnahor - Senin, 04 November 2024 09:17 WIB
99 view
Pasar Vietnam-AS Buru Buah Eksotis Sumedang Berkhasiat Obat Kanker dan Rematik
Foto: Stefan Camps/Pexels
Golden Berry.
Jakarta (harianSIB.com)
Pasar Internasional saat ini banyak memburu Golden Berry atau yang juga dikenal sebagai ciplukan. Buah eksotis yang berasal dari dataran tinggi Andes ini diyakini dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker dan berbagai penyakit lainnya. Buah ini memiliki sejarah panjang dalam budaya Inca sebagai salah satu makanan pokok dan camilan.

Ciplukan berbentuk bulat kecil dengan kulit tipis mirip kepompong. Saat ini, ciplukan banyak dijual dalam bentuk kering dan menarik perhatian karena rasa manis-asamnya yang khas serta kandungan nutrisinya yang tinggi, seperti antioksidan, vitamin A, B, C, E, K1, dan mineral esensial.

Daya tarik utama dari golden berry terletak pada manfaat kesehatannya. Buah ini mengandung senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan, seperti antioksidan, asam lemak tak jenuh, dan fitosterol, yang berpotensi membantu mengatasi penyakit kanker, hepatitis, hingga rematik.

Baca Juga:

Di dunia kuliner, ciplukan kering sering dijadikan snack sehat, dicampur dalam granola, yoghurt, atau bahkan diolah menjadi minuman kesehatan.

Di Indonesia, ciplukan cocok tumbuh di daerah beriklim tropis dengan kelembaban yang tinggi, seperti di Sumedang, Jawa Barat tepatnya di kawasan Pamulihan yang memiliki iklim ideal dengan suhu rata-rata 24,7°C dan curah hujan yang cukup tinggi.

Baca Juga:

Selain itu, beberapa petani lokal juga mulai mengembangkan budi daya ciplukan, mengingat permintaan global yang terus meningkat.

Indonesia mengekspor ciplukan kering ke berbagai negara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2024, dikutip dari CNBC Indonesia, lima negara tujuan utama ekspor ciplukan kering RI antara lain Vietnam, Amerika Serikat, Thailand, China, dan Singapura. Vietnam memimpin dengan nilai ekspor mencapai US$ 1.111.100, sementara Amerika Serikat berada di urutan kedua dengan nilai US$ 287.992. Dari segi volume, Vietnam juga menjadi pasar terbesar dengan 306.109 kg ciplukan, disusul Thailand dan Amerika Serikat dengan masing-masing 93.100 kg dan 39.702 kg.

Popularitas ciplukan kering di negara-negara tersebut tak lepas dari kesadaran masyarakat global akan kesehatan dan gaya hidup sehat. Di negara-negara seperti Amerika Serikat, ciplukan kering terjual dengan harga US$15 sampai US$20 per 1lb (Sekitar Rp. 314.000,00) . Buah kering ini banyak digunakan dalam produk granola dan snack organik yang populer di kalangan konsumen yang mengutamakan asupan bernutrisi.

Di Thailand dan Vietnam, ciplukan kering juga diolah dalam bentuk teh herbal dan camilan ringan, yang sesuai dengan selera lokal.

Vietnam dan Thailand yang merupakan negara di kawasan Asia Tenggara juga memiliki ikatan perdagangan yang erat dengan Indonesia, yang mempermudah akses pasar. Sedangkan, Amerika Serikat dan China tertarik pada produk ini berkat peningkatan tren makanan sehat di kalangan masyarakat mereka. Di Singapura, sebagai hub perdagangan Asia Tenggara, permintaan ciplukan kering cukup stabil karena tingginya daya beli masyarakat.

Sebagai buah eksotis dengan keunggulan kesehatan, ciplukan kering memiliki potensi besar untuk terus berkembang di pasar global. Dengan semakin banyaknya petani lokal yang membudidayakan ciplukan, Indonesia memiliki peluang untuk mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemasok utama golden berry kering di dunia.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru