Senin, 16 Desember 2024

Minum Air Kencing untuk Sembuhkan Penyakit: Mitos atau Fakta ?

Robert Banjarnahor - Jumat, 28 Juni 2024 11:02 WIB
298 view
Minum Air Kencing untuk Sembuhkan Penyakit: Mitos atau Fakta ?
(SHUTTERSTOCK/Guschenkova)
Ilustrasi air kencing, air seni, urine.
Medan (harianSIB.com)
Minum air kencing (urine) untuk menyembuhkan penyakit merupakan praktik yang telah ada sejak lama dan dikenal sebagai terapi urine.

Berbagai klaim manfaatnya beredar luas, mulai dari meningkatkan kekebalan tubuh hingga menyembuhkan berbagai penyakit termasuk kanker.

Meminum urine untuk alasan pengobatan bahkan cukup banyak dikemukakan di berbagai media dan buku.

Baca Juga:

Dr. Christopher Gupta, seorang dokter Inggris, menggunakan terapi urine dalam praktiknya sendiri dan percaya bahwa itu dapat membantu pasien dengan berbagai kondisi.

Namun, meskipun ada beberapa dokter yang mendukung terapi urine, penting untuk diingat bahwa mereka adalah minoritas.

Baca Juga:

Komunitas medis arus utama tidak mengakui terapi urine sebagai pengobatan yang sah, dan tidak ada bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung klaim manfaatnya.

Dikutip dari berbagai sumber, belum ada bukti kuat untuk mendukung klaim manfaat urine tersebut. Faktanya, minum air kencing justru dapat berbahaya bagi kesehatan.

Alasannya:
* Air kencing mengandung berbagai zat sisa metabolisme tubuh, seperti urea, kreatinin, dan asam urat. Zat-zat ini beracun dan dapat membahayakan kesehatan jika dikomsumsi.

* Minum air kencing dapat meningkatkan risiko dehidrasi. Hal ini karena air kencing memiliki efek diuretik, yaitu memicu tubuh mengeluarkan lebih banyak air.

* Minum air kencing dapat menyebabkan infeksi. Bakteri yang mungkin terdapat dalam air kencing dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih, ginjal, atau bahkan aliran darah.

Jika anda mempertimbangkan untuk mencoba terapi urine, penting untuk berbicara dengan dokter anda terlebih dahulu.

Mereka dapat membantu anda menimbang risiko dan manfaat potensial dan memberi anda informasi tentang alternatif pengobatan yang terbukti. (*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru