Minggu, 20 April 2025

Studi: 34 Persen Sumber Kalori Warga Perkotaan Datang dari Lemak

- Minggu, 26 Maret 2017 21:59 WIB
614 view
Jakarta (SIB)- Kalori dibutuhkan oleh tubuh sebagai energi untuk beraktivitas setiap hari. Hanya saja perlu diketahui ada banyak sumber-sumber makanan mengandung kalori dan penting bagi individu untuk memilih yang tepat.

Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Dr dr Elvina Karyadi, MSc, PhD, mengatakan dalam sehari angka kecukupan gizi kalori orang dewasa bisa mencapai sekitar 2.000 kalori. Kebutuhan tersebut menurut dr Elvina seharusnya dipenuhi ideal tidak berlebih dengan komposisi ideal.

Ideal dalam arti bahwa sekitar 10-15 persen kalori diperoleh dari sumber protein, 25 persen dari lemak, dan sisanya karbohidrat. Hanya saja menurut studi terbaru 'Calorie Intake and Physical Study' di lima kota besar Indonesia, faktanya banyak asupan kalori warga justru bersumber dari lemak.

Dari 864 orang dewasa yang disurvei diketahui bahwa kebutuhan kalori warga diperoleh tinggi dari sumber lemak mencapai 34,2 persen. Sementara itu makanan sumber protein menyumbang 14,5 persen kebutuhan kalori dan 51,4 persen kebutuhan kalori sisanya disumbang karbohidrat.

"Kalau misal jumlahnya 2.000 kalori tapi lebih banyak lemak, karbohidratnya sedikit, protein kurang dari 10 persen, itu enggak seimbang. Kenapa lemak harus diperhatikan? Karena konsumsi sedikit lemak saja kontribusinya terhadap kalori tinggi," kata dr Elvina dalam pemaparan studi di Hotel Manhattan, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (15/3).

Menurut dr Elvina, tren masyarakat yang cenderung mendapat kalori lebih banyak dari lemak juga akan meningkatkan risiko penyakit tidak menular. Alasannya karena lemak dapat lebih mudah menumpuk dalam tubuh memicu masalah seperti penyakit kardiovaskuler atau stroke.
"Metabolisme lemak itu masuk dalam tubuh kemudian semakin banyak yang tertimbun. Di dalam pembuluh darah menyebabkan artherosclerosis kemudian kalau di otak jadi stroke," ungkap dr Elvina.

"Itu lah kenapa lemak lebih dari 30 persen itu tidak baik. Efek-efeknya berbahaya bagi kesehatan selain dari jumlah kalori yang dikonsumsi melebihi kebutuhan," pungkas dr Elvina.

Bila kondisi ini terus dibiarkan  Elvina mengatakan maka ancaman obesitas dan penyakit tidak menular di Indonesia akan semakin bertambah. (detikhealth/c)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru