Selasa, 24 Desember 2024

Kidung Religi Etnik Tagor Aruan untuk Penyejuk Hati

Redaksi - Minggu, 24 Maret 2024 18:28 WIB
298 view
Kidung Religi Etnik Tagor Aruan untuk Penyejuk Hati
(Foto: Tangkapan Layar Instagram Komite Independen Batak)
Religi Etnik: Capt Tagor Aruan (5 kiri) saat mengikuti upacara adat pemakaman kerabatnya (Op Bornok Aruan) di Janji Matogu, Por
Janji Matogi, Porsea - Toba (SIB)
Capt Tagor Aruan berharap orang muda, kaum milenial termasuk Generasi-Z semakin dilibatkan dalam kegiatan religi dan etnik. Hal itu untuk memastikan bahwa generasi muda Indonesia memiliki moral religi terpuji dan memahami serta memedomani kearifan lokal sesuai filosofi kehidupan bangsanya.
Penegasan itu diutarakan pria yang menjabat Ketua Umum Komite Independen Batak (KIB) seusai mengikuti acara adat pemakaman kerabatnya (Op Bornok Aruan, Inangtua br Manurung, Ny Aruan) di Janji Matogu, Porsea, Kabupaten Toba, Sumut, Jumat (22/3). “Adat-istiadat itu harus dilestarikan. Caranya dengan melibatkan individu-individu muda dalam pelaksanaannya,” tambahnya.
Pada kegiatan yang diikutinya, tata adat diselenggarakan secara utuh. “Komplit dan detail. Meski saat ini era modern serta era digital yang serba cepat, tak ada salahnya diadakan penuh dan terus diselenggarakan,” tambahnya.
Pelibatan generasi muda, lanjutnya, sangat gampang tapi milenial itu bibimbing untuk memahami agar diamalkan dalam kehidupan keseharian. “Itu yang lebih perlu. Sebab tak jarang ditemui bahwa orang muda merasa acara adat hanya untuk kaum tua. Kemudian, sebab dilaksanakan lengkap, terasa agak panjang. Tidak mengapa panjang-panjang sebab berlangsung dinamis. Di situlah perlunya pelibatan aktif,” ujarnya.
Sebelum kegiatan adat, Tagor Aruan mengikuti sejumlah ibadah gerejawi. Khususnya di lingkungan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK). Mulai ibadah di ibadah di Seventh Day Adventist (SDA) Church, Balesteirs Road, Singapore yang terus melakukan hal serupa di GMAHK Spero Immanuel Batam, Riau. Ia punberibadah di GMAHK Jemaat Bekasi dan wilayah lainnya di Sumatera.
“Meski pelaksanaannya di tiap-tiap gereja dipengaruhi adat kebiasaan warga setempat, tapi esensinya sama yakni untuk memuliakan-Nya,” tambahnya.
Sama halnya dengan pelaksanaan adat, seperti Saur Matua. “Di Laguboti dan Porsea ada beberapa perbedaan meski wilayahnya berdampingan. Di situlah kedinamisannya,” urai pria yang lebih setengah dari usianya diabadikan untuk industri kebaharian tersebut. “Itu tak terlepas dari sidapot solup do na ro sebab sesuai pepatah ‘di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung’," urainya.
Ia mengingat ketika masih muda yang merasakan bahwa kegiatan adat seperti bertele. Anggapan tersebut sebab orang muda jarang dilibatkan secara aktif.
“Padahal dalam pelaksanaan acara adat termaktub hal-hal luhur yang menyentuh soul.Berisi rasa cerminan cinta-Kasih, kekeluargaan, gotong-royong, keperdulian, kebersamaan, keteraturan dengan tatanan yang indah serta penuh keikhlasan,” paparnya.
Dari sana, menurutnya, kelihatan bagaimana Bangso Batak adalah agung dengan karakter panutan yang kuat. “Padanya ada Parbahul bahul na bolon; Partataring na so ra mintop; Paramak na so sibalunon; Pamuro na sora mantak sior; dan Uluan,” tambahnya sambil menegaskan banyak karakter-karakter yang dapat dilihat dari pemimpin atau tokoh maupun pemuka.
Menurutnya, dari kegiatan yang terangkum dalam religi dan adat itu, menanamkan rasa syukur serta sejuknya hati hingga bangga menjadi bagian dari Bangso Batak. (**)


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru