Medan (SIB)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar penguatan kekayaan intelektual komunal dan privat di Adimulia Hotel dan Shantika Dyandra Hotel Medan, Senin (9/11). Kegiatan menampilkan narasumber Ahmad Rekotomo yang Sekretaris Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Robinson Sinaga yang Direktur Fasilitasi Kekayaan Intelektual Kemenparekraf/Baparekraf, Muh Fauzy yang Koordinator Fasilitan Kekayaan Intelektual II Kemenparekraf/Baparekraf, Edy Panggabean, Yohannes Paulus Selly, Rabika Fakabair dan Ratna Nurliana dari Masyarakat Kopi Indonesia.
Ahmad Rekotomo mengatakan, ada 17 subsektor ekonomi kreatif yang didukung Kemenparekraf / Baparekraf dan kali ini fokus pada kuliner dengan penguatan industri kopi karena Nusantara yang kaya dengan minuman berkafein tersebut dan tiap daerah memiliki cita rasa eksklusif.
Menurutnya, kali ini menyepesialisasi tentang kekayaan intelektual (KI) privat dan komunal. “Dalam industri kopi masih ada poin mengenai privat dan komunal tapi yang pasti harus memiliki KI guna memberi jaminan penghargaan, penghormatan, rasa amin dan perlindungan hukum,†tegasnya.
Robinson Sinaga memastikan, kopi sebagai kekayaan alam harus memahami bagaimana memroduksinya. Khusus KI komunal dan privat terkait indikasi geografis yang menandai asal suatu barang karena faktor geografis. “Produk inikasi geografis tersebut perlu didaftarkan dan dikomersialisasi oleh masing-masing daerah. Itulah sebabnya diperlukan kepedulian usahawan kopi yang tak semata soal barista,†tambah doktor hukum yang lama mengabdi di Papua tersebut.
Menurutnya, karena kekayaan kopi dengan indikasi geografis, pihaknya membuka kesempatan seluasnya pada industriawan kopi dari seluruh daerah. “Kegiatan sudah dilakukan di sentra kopi seperti Magelang, Toba, Labuhanbaji, Mataram, Manado, Bengkulu dan kini di Medan,†tambah Robinson Sinaga didampingi Nindya Miftahul Hadi.
Dalam kegiatan hingga Rabu (11/11) diikuti pelatihan peracikan kopi untuk cita rasa internasional dari Edy Panggabean, Yohannes Paulus Selly, Rabika Fakabair dan Ratna Nurliana. (R10/d)