Subang (SIB)
Syair ‘Anakkon Hi Do Hamoraon Di Au’ tak hanya indah dibawakan Derman Parlungguan Nababan tapi menginspirasi Wakil Ketua Pengadilan Negeri Subang, Jawa Barat itu untuk melangkah dan menjadi saluran berkat pada sesama. Sabtu (5/6), pria yang kalah tes menjadi TNI itu merilis ‘Terbanglah Rajawaliku’ via zoom meeting. Pesertanya membeludak, dari Sabang sampai Merauke.
Bahkan ada yang berada di daerah perbatasan dengan Filipina. Sayang, untuk menjadi peserta, terbatas. Lebih tepatnya dibatasi.
Mengamalkan filosofi kehidupan warga Bangso Batak, senioren GAMKI itu bercerita mengenai kehidupannya yang bersahaja. Biasa-biasa saja dalam frame seorang aktivis gereja dan sosial, sama artinya luar biasa bagi orang-orang hebat, khususnya yang terlibat dalam launching online ‘Terbanglah Rajawaliku’ tersebut.
Sejumlah hal luar biasa di antaranya bercerita tentang ibunya, D Br Sidabutar, Gelar Op. Tifany. Bagi ayah Tifany Saulina Nababan yang kini mahasiswa Teknik Elektro ITB, sosok perempuan kelahiran 16 Agustus 1948 di Sisordak, Kecamatan Parmonangan, Tapanuli Utara itu setara dengan udara, yang memberi napas kehidupan serta membantu mengepakkan sayap seorang Derman.
“Omakku hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 3 Sekolah Rakyat (atau) SD,†urainya. “Inong pangintubuku luar biasa!â€
Melalui buku tersebut, ia menunjukkan seorang hakim seperti dirinya tak ada apa-apanya bila tanpa ibunya. Artinya, semua makhluk yang ingin sukses, harus menghormati orangtuanya, paling khusus ibunya.
Inspirasi lain, Derman mengabarkan pada dunia. Siapa saja dapat menjadi apa saja, asal kerja keras, tekun belajar, tak lupa berdoa dan ya itu tadi... menghormati orangtua.
Seperti perjalanan hidupnya. Memilih jurusan IPA (A1) di SMAN Siborong-borong karena ingin penjadi sarjana pertanian. Soalnya, orangtuanya seorang petani yang turun-temurun. Saat itu, ia berpikir bagaimana meningkatkan hasil pertanian yang membiayai sekolahnya.
Merantau untuk melanjutkan pendidikan tapi tak diterima masuk perguruan tinggi negeri. Lagi-lagi orangtuanya mendorongnya untuk terus menggantung harapan. Ia ke Padang ikut seleksi menjadi calon abdi negara tapi gagal. Hijrah ke Medan, ikut seleksi CPNS di Departemen Kehakiman Sumatera Utara dan CPNS di Kodam I/BB Medan namun yeah... masih gagal. Tetapi tak ada kata putus asa.
Ia jadi sekuriti plus cleaning service dengan gaji Rp52 ribu. Jumlah itu sejatinya hanya cukup untuk makan, tapi dapat diputarnya untuk mengangsur menggapai cita-cita. Plus ingat pada orangtua di kampung.
Dewi Fortuna baru berpihak padanya di 1993 saat Derman diterima menjadi CPNS Golongan IB di PTUN Medan. Ketua PTUN Medan (waktu itu) Lintong Siahaan mendorongnya untuk melanjutkan pendidikan yang tertunda. Lulus dan tahun 1999 diterima jadi calon hakim. Tiga tahun setelahnya, baru bertugas dengan toga di PN Padang Sidimpuan. Mutasi ke PN Tarutung, PN Jepara, PN Lubuk Pakam dan Wakil Ketua di PN Balige. Pada 25 Nopember 2016 sampai Oktober 2019 ia menjadi Ketua PN Muara Bulian, Jambi. Sejak Jumat, 8 November, Derman menjadi Wakil Ketua PN Subang.
Sekarang, sudah berada di posisi terhormat tapi kesahajaannya tetap sama. Ia ingat semua orang yang berjasa padanya. Itulah sebabnya ketika perilisan karyanya, koleganya menyupor. Mulai dari Drs Nikson Nababan MSi, Ketua Komisi Kejaksaan RI Dr Barita Lh Simanjuntak, Kajari Toba Samosir Dr Robin Sitorus Pane, Wakil Ketua BPKN RI Dr Rolas Sitinjak, Humas PN Jakarta Utara YM Djoeyamto Hadi Sasmito, Gembala Jemaat Gereja Pentakosta Sumatera Utara (GPSU) / Pinksterkerk Pdm Krisman Saragih STh, sejumlah pengurus organisasi gereja seperti Ps Aryo Darujati dari PGPI Pembaharuan SU. “Buku itu sangat menginspirasi.
Membangkitkan semangat individu papa menjadi kaya hati,†tulis aktivis anak dan pekerja sosial religi Rosiany Hutagalung.
Di ujung pertemuan virtual itu, Derman mengatakan, seluruh hasil penjualan buku lebih dari 450 eksemplar dinonasikan untuk membantu penanganan pandemi Covid-19 dalam kegiatan Aksi Sosial Sentuhan Kasih. “Pribadi akan menjadi kuat ketika ia mampu menguatkan orang yang lemah menjadi kuat,†ujar suami Rumata Rosininta tersebut. “Setiap kita memiliki kesulitan, jadilah kuat, jadikan tantangan dan rintangan sebagai tangga loncatan ke level berikutnya.†(R10/p)