Simalungun (SIB)- Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Mahasisa dan Pemuda Simalungun (Himapsi) menggelar pementasan komedi Simalungun Simarsikkam pada Jumat, (11/1) di di Griya Hapoltakam Raya Simalungun. “Pergelaran dikaitkan dengan kangen-kangenan plus syukuran Tahun Baru 2014,†bunyi relis Ketua Umum DPP Himapsi Sarmuliadin Sinaga ST dan sekjen S Samrin Girsang SPd, Minggu (5/1), sambil menjelaskan kegiatan tak semata untuk menggali kearifan lokal dari khasanah etnik tapi menularkan pada generasi muda, khususnya yang berkaitan erat dengan Simalungun, untuk memahami makna filosofi dalam satu pementasan. “Dari konfirmasi yang diterima, sejumlah senioren, MPA, MPO dan pendiri Himapsi bersedia hadir karena pementasan kelompok yang dibina Himapsi tersebut pun menampilkan kesenian etnik Simalungun!â€
Sebelum dipentaskan di daerah di mana lahirnya drama dimaksud, pergelaran diadakan di Auditorium RRI Jl Jend Gatot Subroto Medan. Kegaitan tersebut beroleh apresiasi publik. “Atas kenyataan itu, untuk yang di kampung halaman, pergelaran Simarsikkam diagendakan dihadiri jajaran pendiri seperti Budi End Sumbayak, Januarison Saragih, Jamersen Saragih, Wijaya Surapati dan sejumlah mantan ketua umum Himapsi di era 1978 - 2011,†jelas Sarmuliadin Sinaga dan Samrin Girsang.
Ketua Panitia Syukuran dan Pementasan Budaya Simalungun Boi M Saragih yang panitia di DPC Himapsi Medan menjelaskan, pementasan kali ini melibatkan sejumlah pemain watak yang tak hanya paham dengan budaya Simalungun tapi dapat menafsirkan lakon para tokoh sesuai era kini tapi tak tercerabut dari akar budaya. Para pemain, lanjut Boi M Sragih, di antaranya Rani Purba, April Saragih yang berlakon sebagai Holongi dan Mulia Sipayung yang berperan sebagai Simarsikkam serta Triadil Saragih.
Sarmuliadin Sinaga bilang pihaknya berharap, seluruh pihak yang terkait Simalungun diharap memberi kontribusi. “Pementasan adalah bagian dari upaya penggalian kekayaan budaya karena secara berkala di Haranggaol, Simalungun digelar lomba memasak makanan khas Simalungun.â€
Simarsikkam bercerita mengenai seorang anak remaja yatim piatu yang membuatnya harus tinggal bersama pamannya. Kehidupan yang sulit membuat si anak menjalankan perintah dengan kaku, yang dimaksudkannya sebagai kepatuhan.
Tugas pertama adalah mengantar nasi ke ladang pada pukul 12.00 tapi harus berjalan pelan-pelan. Takut salah, si remaja yang bernama Simarsikkam berjalan begitu pelan hingga sampai di ladang pukul 15.00 hingga membuat amarah. Esoknya, Simarsikkam diperintahkan harus berjalan cepat. Saking cepatnya, menabrak kayu dan makanan tumpah.
Kesal untuk kerja tak dapat diselesaikan dengan baik, Simarsikkam diberi tugas mengembala kerbau. Sama, karena perintah dijalankan secara kaku, bala yang datang. Misalnya tatkala disuruh mengembala kerbau dengan tali pendek. Saking pendeknya kerbau tak dapat bergerak hingga hampir mati lemas.
Diperintahkan mengembala kerbau dengan tali panjang. Tali dibuat sepanjang-panjangnya hingga padi tanaman rakyat pun diembat. “Cerita itu penuh falsafah tentang kebijakan,†tulis Sarmuliadin Sinaga.
(rel/r9/q)