Dari sejarah missionaris diketahui, Samuel Munson dan Henry Lyman berangkat dari Boston Amerika untuk misi penginjilan di Tanah Batak, khusus di daerah pelosok. Dari Amerika, Munson-Lyman mendarat Batavia (Jakarta) tahun 1834, kemudian bertolak ke Padang dan dari Padang ke Barus Tapteng. Dari Tapteng, tokoh-tokoh di sana menyarankan mereka berdua agar mempelajari dulu bahasa dan budaya Batak.
Tapi oleh Munson dan Lyman menginginkan agar penginjilan dilakukan cepat agar orang-orang di Tanah Batak mengenal Kristus. Nahas, mereka berdua yang hanya tahu dua kalimat bahasa Batak, yakni Horas dan dame ma di hamu sambil menunjukkan Alkitab. Karena ada kesalahfahaman dalam komunikasi, maka Munson dan Lyman dibunuh di Desa Lobupining, Adiankoting.
Baca Juga:
Disebut-sebut tubuh kedua missionaris tersebut dicincang dan dagingnya dimakan. Pasca kematian Munson dan Lyman tahun 1834 sekarang sudah 191 tahun, tidak ada kemajuan di daerah Lobupining. Seperti kata pembina panitia, Pdt Dr R Bambang Jonan, sulit daerah tersebut mendapat berkat, atau dalam istilah kasarnya kata Bambang Jonan seperti dikutip Tuhan. Hal tersebut diakui Ny Lumbantobing boru Pasaribu, keluarga yang ikut membunuh Munson dan Lyman.
Pada kesempatan itu, pengurus FUKRI mendoakan daerah tersebut agar diberkati Tuhan. Meski pada 191 tahun silam warga Lobupining telah membunuh missionaris. Karena darah martir adalah benih iman dan benih gereja. Karena pengiriman para martir mendorong pertumbuhan penyebaran agama Kristen.
Baca Juga:
Selanjutnya, napak tilas dilanjutkan ke HKBP Dame, Dusun Sait Ni Huta, Desa Huta Toruan 1, Kecamatan Tarutung. Khotbah ibadah disampaikan Pdt Dr Deonal Sinaga, Kabid Koinonia HKBP. (*)