Sahat mengatakan, praktik premanisme seperti pemalakan yang dilakukan oknum Ormas terjadi di berbagai lokasi pabrik, terutama yang berlokasi di daerah.
Merespons aksi itu, tak jarang sejumlah produsen memilih untuk melayani permintaan tersebut, dan menganggapnya sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan atau program CSR (corporate social responsibility).
Baca Juga:
"Di berbagai lokasi pabrik terjadi, itu gangguan ada dari organisasi komunitas setempat, masyarakat sekitar. Itu sudah ada, mereka (pengusaha) layani lah biasa. Itu dianggap saja sebagai CSR," kata Sahat dikutip CNBC Indonesia, Jumat (14/3/2025).
Namun yang menjadi masalah, aksi pemalakan ini bukan sekadar permintaan uang biasa. Oknum-oknum ini juga sering memaksa perusahaan untuk memberikan berbagai macam dana, termasuk saat perayaan ulang tahun organisasi mereka.
Baca Juga:
"Itu setiap event pasti ada saja yang minta. Bahkan mereka ulang tahun juga minta. Dia bisa bawa surat. Kalau ditolak, itu jadi masalah. Daripada masalah ya sudahlah. Kasihlah ala kadarnya," ujarnya.
Selain merugikan perusahaan, Sahat menyebut aksi pemalakan oleh oknum ormas ini juga berdampak pada investasi asing. Menurutnya, investor asing enggan masuk ke Indonesia karena melihat maraknya praktik semacam ini.
"Kalau itu perusahaan asing nggak datang. Itu pula, kan. Kalau itu perusahaan asing, udah tahulah. Ini pasti keras-keras juga ini. Nggak diladeni sama mereka, ya udah selesai (nggak ada investasi)," jelasnya.
Jakarta (harianSIB.com)KPK menangkap delapan orang dalam operasi tangkap tangan (OTT) di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan
Washington DC (harianSIB.com)Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi cuti kepada jurnalis di Voice of America dan lembaga penyiar
Simalungun (harianSIB.com)Polsek Tanah Jawa meringkus 3 pelaku pencurian dengan pemberatan (curat), Minggu (16/3/2024) dini hari, sekira puk
Medan (harianSIB.com)SMP Methodist 1 Medan mengukir prestasi pada ajang Meth One Art Fest SMA Methodist 1 Medan yang berlangsung pada hari S