Kesepakatan ini lahir dalam pertemuan puncak di London, hanya dua hari setelah
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berselisih dengan Presiden AS Donald Trump dan mempercepat kepulangannya dari Washington.
Melihat ketidakpastian dukungan AS, Eropa ingin memperkuat posisinya dengan meningkatkan anggaran pertahanan dan membangun strategi yang dapat diterima Washington. Pertemuan itu pun dihadiri PM Kanada, Justin Trudeau.
"Ini bukan saatnya untuk bicara lagi. Saatnya bertindak, memimpin, dan bersatu dalam rencana baru untuk perdamaian yang adil dan abadi," kata Starmer, seperti diberitakan Reuters.
Baca Juga:
Perlu Dipaksa
Terpisah dilaporkan, Kremlin atau istana kepresidenan Rusia menuduh
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak menginginkan perdamaian. Hal ini disampaikan Kremlin menyusul adu mulut antara pemimpin Ukraina tersebut dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.
"Dia tidak menginginkan perdamaian. Seseorang harus membuatnya menginginkan perdamaian. Jika Eropa yang melakukannya, semua pujian untuk mereka," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan, dilansir kantor berita AFP, Senin (3/3).
Baca Juga:
Peskov menyebut, pertemuan publik yang penuh amarah antara Trump dan Zelensky pada hari Jumat lalu, sebagai "peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Dia pun menyalahkan Zelensky, yang menurutnya "menunjukkan kurangnya kemampuan diplomatik."
Peskov mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengetahui apa yang terjadi, dan mengatakan hal itu membuktikan pandangan Rusia tentang konflik itu benar.
Dia menyarankan bahwa sekutu Eropa juga harus menenangkan Trump, dengan mengatakan "seseorang harus melakukan upaya yang cukup besar dalam dialog dengan Washington, untuk entah bagaimana membatalkan residu yang tidak menyenangkan, yang tidak diragukan lagi masih ada di Gedung Putih setelah berbicara dengan Zelensky".
Dalam situasi ini, "jelas upaya Washington saja dan kesiapan Moskow saja tidak akan cukup", kata Peskov. (**)