Pertikaian Trump dengan Zelensky juga menimbulkan pertanyaan baru mengenai komitmen AS terhadap NATO.
Starmer mengatakan, Eropa berada di persimpangan sejarah. "Ini bukan saatnya untuk bicara lagi, saatnya bertindak. Sudah saatnya untuk maju dan memimpin serta bersatu dalam rencana baru untuk perdamaian yang adil dan abadi," jelas Starmer.
Menurut dia, tanpa jaminan atau keterlibatan AS, maka Eropa akan melakukan pekerjaan yang cukup berat.
Baca Juga:
"Beberapa negara siap membantu mempertahankan gencatan senjata," tambah dia tanpa menyebut nama mereka.
Macron, dalam wawancara dengan surat kabar Prancis Le Figaro mengatakan, dia dan Starmer sedang mengupayakan gencatan senjata selama satu bulan di Ukraina, yakni di udara, di laut, dan di infrastruktur energi.
Baca Juga:
Ketika ditanya tentang rencana tersebut oleh BBC, dia menjawab: "Saya mengetahui semuanya".
Sementara itu ketika di London, Zelensky disambut hangat oleh banyak pempimpin dunia di KTT tersebut. Selain menghadiri pertemuan puncak keamanan, Zelensky juga bertemu dengan Raja Charles III di perkebunannya di Sandringham.
Sambutan di London sangat kontras ke resepsinya di Gedung Putih. Sebab, Trump menuduh Zelensky tidak cukup bersyukur atas bantuan AS dan tidak siap untuk berdamai dengan Rusia.
Cekcok Zelensky-Trump yang dipertontonkan di depan kamera media AS dan internasional menimbulkan kekhawatiran, Trump ingin memaksa Kyiv membuat kesepakatan damai sesuai keinginan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Meski demikian, usai pertemuan puncak di London itu, kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen memperingatkan, Eropa harus segera mempersenjatai diri untuk bersiap menghadapi yang terburuk.
Perdana Menteri Polandia Donald Tusk meminta Amerika Serikat dan Eropa untuk menunjukkan kepada Putin bahwa Barat tidak berniat menyerah.
Starmer dan Macron menyatakan, siap mengerahkan pasukan
Inggris dan Prancis ke Ukraina guna membantu menjaga gencatan senjata.
Susun Rencana
Para pemimpin Eropa sepakat menyusun rencana perdamaian untuk Ukraina dan membawanya ke Amerika Serikat (AS). Langkah ini diharapkan dapat memastikan jaminan keamanan bagi Kiev.
Perdana Menteri (PM)
Inggris Keir Starmer menyampaikan inisiasinya pada Minggu (2/3), dan menyebutnya sebagai langkah konkret untuk menahan agresi Rusia.