Medan
(harianSIB.com)
Sebanyak 190.000 dukungan dari berbagai belahan dunia menuntut perlindungan dan penghentian eksploitasi ekosistem Batang Toru Sumatera Utara (Sumut). Dukungan yang digalang melalui petisi itu diserahkan secara langsung oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Utara (
WALHI Sumut) bersama
WALHI Nasional dan Satya Bumi yang tergabung dalam
Aliansi Tolak Tambang Martabe (Lantam) kepada
Menteri Kehutanan,
Menteri ESDM dan pimpinan
Agincourt di Jakarta pada Kamis (27/2) seperti yang diberitakan Harian SIB.
Baca Juga:
Selain menyampaikan petisi,
WALHI dan Satya Bumi juga melakukan aksi kreatif untuk menarik perhatian publik agar ikut mendukung gerakan penyelamatan Orangutan Tapanuli Sumatera Utara dan Biodiversitas (keanekaragaman hayati) di Ekosistem Batang Toru.
Direktur Eksekutif
WALHI Sumut
Rianda Purba, Sabtu (1/3) dalam siaran persnya dengan tegas menyatakan kekhawatiran atas dampak lingkungan yang diakibatkan oleh tambang emas Martabe. Ia menyoroti aktivitas tambang yang menyebabkan kerusakan yang sangat besar pada Ekosistem Batang Toru dan mengancam kelangsungan hidup Orangutan Tapanuli, salah satu spesies paling langka di dunia.
Baca Juga:
"Tambang emas Martabe terletak di jantung Ekosistem Batang Toru, yang merupakan habitat terakhir bagi Orangutan Tapanuli. Dengan populasi yang kurang dari 800 individu, spesies ini sangat rentan terhadap kepunahan," ujar Rianda.
Dijelaskan Rianda, menurut pantauan
WALHI Sumut, dalam 15 tahun terakhir, deforestasi di sekitar tambang telah mencapai lebih dari 114 hektar dan telah menghilangkan hutan yang merupakan habitat penting bagi Orangutan Tapanuli.
Selain di Jakarta, aksi juga dilakukan serentak di Medan, di depan kantor United Tractors, dengan tuntutan yang sama.
Keberadaan Tambang Emas Martabe yang berlokasi di Kabupaten Tapanuli Selatan dinilai memperburuk kondisi lingkungan dan merusak habitat alami Orangutan Tapanuli serta mengganggu keseimbangan Ekosistem Batang Toru.
"Ekspansi tambang ini juga menyebabkan deforestasi yang signifikan. Orangutan Tapanuli merupakan spesies yang paling terisolasi di Pulau Sumatera, hanya ditemukan di lanskap Batang Toru yang mencakup wilayah Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan," katanya. (**)