London
(harianSIB.com)
Inggris akan menggelar konferensi tingkat tinggi negara-negara
Eropa untuk menggalang dukungan kepada
Ukraina.
Inggris dan Perancis juga menggodok proposal gencatan senjata antara
Ukraina dan
Rusia. Proposal itu akan diteruskan ke
Amerika Serikat (AS).
KTT tersebut diadakan di Wisma Lancaster, bangunan berusia 200 tahun di dekat Istana Buckingham di London. Penyelenggaraannya pada Minggu (2/3) waktu setempat atau Senin (3/3) waktu Indonesia.
Baca Juga:
Selain
Inggris dan Perancis, turut hadir para pemimpin dari Italia, Jerman, Belanda, Polandia, Skandinavia, Kanada, Spanyol, Ceko, dan Romania. Turki mengirim menteri luar negeri. Ada juga Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Mark Rutte dan jajaran pemimpin Komisi
Eropa serta Dewan
Eropa.
"Saya tidak yakin (
Presiden Rusia Vladimir Putin) menginginkan perdamaian jangka panjang. Namun, saya yakin (Presiden
Amerika Serikat Donald Trump) menginginkannya. Kita akan berdiskusi lagi dengan Trump," kata Perdana Menteri
Inggris Keir Starmer.
Baca Juga:
Langkah
Inggris ini merupakan mitigasi dari perkembangan situasi terakhir yang kontraproduktif. Pada Jumat (28/2) waktu Washington DC, AS,
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy datang dengan niat meneken perjanjian kerja sama logam tanah jarang.
Namun, yang terjadi malah "pengeroyokan" oleh Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance. Zelenskyy dituduh tidak tahu terima kasih kepada AS yang selama ini menyokong dana dan persenjataan.
Zelenskyy menginginkan, dengan diberinya AS akses kepada logam tanah jarang
Ukraina, AS menjamin keamanan negara itu. Tanpa jaminan keamanan dari AS,
Rusia dipastikan tidak menghentikan invasi.
Zelenskyy juga tersinggung Trump menolak mengakui fakta bahwa pada 24 Februari 2022,
Rusia yang menginvasi
Ukraina. Trump malah menyalahkan
Ukraina tidak mau berdamai karena ngotot menginginkan kembalinya wilayah-wilayah yang diduduki
Rusia. Akibatnya, Zelenskyy meninggalkan Washington DC dengan tangan hampa.
Zelenskyy melanjutkan perjalanan ke
Inggris dan disambut hangat oleh Starmer. Starmer mengontak Presiden Perancis Emmanuel Macron. Mereka bersepakat, sebagai bemper, biar Perancis dan
Inggris membantu
Ukraina merumuskan proposal perdamaian.
Setelah jadi, baru proposal perdamaian
Ukraina itu dibawa ke Washington DC. Bagaimanapun, keterlibatan AS sangat penting di dalam penghentian perang di
Ukraina.
Gagasan mengenai KTT
Eropa untuk
Ukraina itu sendiri dilontarkan oleh Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni setelah berita adu mulut di Gedung Putih tersiar. Meloni memilih tidak mengecam Trump dan mengajukan usulan bahwa
Eropa harus duduk bersama menavigasi masalah ini.
Menurut Starmer, di dalam KTT akan dibahas mengenai kemungkinan membentuk pasukan perdamaian koalisi
Eropa. Meskipun begitu, berdasarkan ketentuan internasional, hanya Perserikatan Bangsa-Bangsa yang boleh mengirim pasukan perdamaian ke suatu negara. Starmer belum memberi keterangan lebih lanjut soal ini.
"Seperti terlihat di luar sana, masyarakat
Inggris terus mendukung perjuangan
Ukraina," kata Starmer.
Rachel Ellehuus, peneliti isu keamanan dan pertahanan dari Royal United Service Institute berpendapat, Starmer berusaha menjadi penengah. NATO dan negara-negara Barat tidak bisa terpecah di dalam menghadapi
Rusia. Gencatan senjata antara
Ukraina dan
Rusia harus dilakukan berdasarkan hukum internasional yang berkeadilan, yaitu kejelasan pihak penyerang dan yang diserang.
Ellehuus menjelaskan, AS kini tidak bisa diandalkan untuk menjamin keamanan
Ukraina sehingga
Eropa harus mengambil porsi lebih besar. Di
Eropa ada 200 miliar euro aset
Rusia yang dibekukan. Uang ini bisa dialirkan untuk membantu
Ukraina.
"KTT London harus memastikan posisi
Ukraina tetap kuat di dalam pertempuran," kata Ellehuus. Hanya dengan cara itu perundingan bisa dilakukan dengan tidak condong ke
Rusia.
Tambah anggaran
Berubahnya sikap AS menjadi condong ke
Rusia membuat negara-negara
Eropa berpikir meningkatkan anggaran pertahanan mereka. Perdana Menteri Ceko Petr Fiala mengatakan, setidaknya setiap negara
Eropa harus menyisihkan 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) mereka.
Inggris sudah memastikan meningkatkan anggaran pertahanan menjadi 2,5 persen dari PDB.
Sementara itu, London meminjamkan dana kepada Kyiv sebesar 2,8 miliar dollar AS. "Pinjaman ini dipakai untuk meningkatkan pertahanan
Ukraina, khususnya produksi persenjataan. Pembayarannya diambil dari aset
Rusia yang dibekukan," kata Zelenskyy, dikutip oleh The Hill.
Pendanaan untuk
Ukraina dikumpulkan melalui Pendapatan Percepatan Luar Biasa (ERA) G7, perkumpulan tujuh negara terkaya di dunia. Dana terkumpul untuk
Ukraina ada 50 miliar dollar AS.
Menurut Kementerian Keuangan
Ukraina, Kyiv telah menerima 1 miliar dollar AS dari AS dan negara-negara
Eropa. Selain itu, juga ada tambahan 3 miliar dollar AS dari lembaga Uni
Eropa.
Apabila ditilik lebih mendalam, AS memang merupakan penyokong tunggal terbesar
Ukraina. Data Departemen Pertahanan AS (Pentagon) menunjukkan, untuk periode Januari 2022 sampai dengan Desember 2024, mereka telah mengucurkan 182,8 miliar dollar AS untuk
Ukraina.
Lembaga kajian dari Jerman, Institut Kiel, mendata pada periode serupa, AS menopang 42,7 persen pembiayaan untuk
Ukraina.
Eropa menopang lebih besar, yaitu 49,5 persen. Akan tetapi, perlu diingat bahwa dana
Eropa ini kumpulan dari banyak negara. Sisa 7,8 persen didanai oleh negara-negara lain, antara lain ialah Jepang dan Korea Selatan.