Riyadh (SIB)Rusia dan Amerika Serikat (
AS) telah sepakat untuk memulai langkah-langkah guna mengakhiri konflik di
Ukraina serta memperkuat hubungan diplomatik dan ekonomi antara kedua negara. Kesepakatan ini disampaikan menteri luar negeri dari masing-masing negara setelah pertemuan yang berlangsung di Riyadh, Arab Saudi, pada Rabu (19/2).
Dalam wawancara yang dilakukan dengan The Associated Press setelah pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri
AS Marco Rubio menjelaskan bahwa kedua pihak sepakat untuk mengejar tiga tujuan utama, yaitu:
Meskipun demikian, dia menekankan bahwa pertemuan tersebut --- yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri
Rusia Sergey Lavrov serta pejabat senior lainnya dari
Rusia dan
AS --- hanyalah permulaan dari sebuah dialog dan masih banyak hal yang perlu dikerjakan.
Baca Juga:
Lavrov mengulangi pernyataan Rubio dan menyatakan kepada wartawan bahwa dialog yang mereka lakukan sangat bermanfaat.
"Kami tidak hanya mendengarkan, tetapi juga saling mendengar," ujar Lavrov.
Dalam pertemuan tersebut, Penasihat Keamanan Nasional Trump, Michael Waltz, dan utusan khusus Timur Tengah Trump, Steven Witkoff, turut bergabung dengan Rubio, Lavrov, dan penasihat urusan luar negeri Presiden Vladimir
Putin, Yuri Ushakov. Tidak ada pejabat
Ukraina yang hadir dalam pertemuan ini, yang berlangsung di tengah kondisi negara yang terdesak dan perlahan kehilangan wilayah akibat serangan pasukan
Rusia dalam perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
Baca Juga:
Presiden
Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan, negaranya tidak akan menerima hasil apapun dari pembicaraan antara
Rusia dan
AS karena
Ukraina tidak dilibatkan dalam proses tersebut. Sekutu-sekutu Eropa juga mengungkapkan kekhawatiran mereka sedang diabaikan dalam pembicaraan ini, yang meningkatkan ketegangan di kawasan yang sudah terpengaruh oleh konflik berkepanjangan.
MENUNGGU PERTEMUANHubungan antara
Rusia dan
AS telah berada dalam kondisi yang sangat buruk dalam beberapa tahun terakhir. Ketegangan ini semakin meningkat sejak
Rusia melakukan aneksasi terhadap Krimea pada tahun 2014, dan situasi semakin memburuk setelah
Rusia melancarkan invasi skala penuh. Untuk merespons tindakan tersebut,
AS bersama dengan negara-negara Eropa lainnya telah memberlakukan berbagai sanksi bertujuan untuk melemahkan ekonomi
Rusia. Selain itu, kedutaan-kedutaan di Washington dan Moskow juga mengalami dampak signifikan akibat pengusiran sejumlah besar diplomat serta pembatasan lainnya.
Rubio menekankan pada Selasa, mengakhiri konflik di
Ukraina dapat membuka peluang luar biasa untuk menjalin kerja sama dengan
Rusia dalam isu-isu yang memiliki kepentingan bersama, baik secara geopolitik maupun ekonomi. Hal ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia dan memperbaiki hubungan jangka panjang antara kedua negara. Pernyataan yang disampaikan oleh Rubio menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam kebijakan
AS terhadap
Rusia, terutama setelah periode di mana pendahulu Trump, Joe Biden, berupaya mengisolasi
Rusia secara internasional. Pertemuan tersebut diharapkan dapat membuka jalan menuju pertemuan puncak antara Trump dan
Putin.
Setelah pertemuan, Ushakov dan Waltz menyatakan, belum ada tanggal pasti untuk pertemuan tersebut. Ushakov menyampaikan kepada media
Rusia, pertemuan itu kemungkinan tidak akan terjadi dalam waktu dekat, sementara Waltz optimis pertemuan dapat diatur dalam beberapa pekan mendatang. Dalam kesempatan berbicara kepada wartawan setelah pertemuannya dengan Rubio, Lavrov menegaskan bahwa
AS dan
Rusia telah sepakat untuk menunjuk perwakilan yang akan melakukan konsultasi rutin mengenai situasi di
Ukraina.
"Saya memiliki alasan untuk percaya bahwa pihak
AS mulai lebih memahami posisi kami," ungkap Lavrov.
Witkoff memberikan gambaran positif tentang pertemuan tersebut, menyatakan bahwa suasana berlangsung ceria dan konstruktif.
"Semua orang hadir untuk mencapai hasil yang tepat," jelas Witkoff.
Pertemuan
Rusia-
AS ini dianggap sebagai kontak paling intensif antara kedua negara sejak invasi yang dilakukan
Rusia ke
Ukraina pada 24 Februari 2022. Dengan adanya dialog ini, ada harapan untuk memperbaiki hubungan yang telah lama tegang antara kedua negara.
TRUMP KECEWASementara itu, Presiden
AS Donald Trump menyalahkan Zelenskyy atas invasi
Rusia. Trump bahkan mengatakan, dia lebih yakin kesepakatan mengakhiri perang setelah perundingan
AS dengan
Rusia.
Dilansir AFP, Rabu (19/2), Trump menekan Zelenskyy untuk mengadakan pemilu yang sejalan dengan salah satu tuntutan utama Moskow, Trump juga mengecam Zelenskyy karena mengeluh tidak dilibatkan dalam perundingan
AS-
Rusia di Arab Saudi.
Trump menyarankan agar Zelenskyy bertemu dengan Presiden
Rusia Vladimir
Putin sebelum bulan ini berakhir ketika Washington merombak sikapnya terhadap
Rusia.
"Saya sangat kecewa, saya dengar mereka kesal karena tidak mendapatkan kursi (dalam perundingan
AS-
Rusia)," kata Trump kepada wartawan di Florida ketika ditanya tentang reaksi
Ukraina.
"Hari ini saya mendengar, 'oh, kami tidak diundang'. Nah, anda sudah berada di sana selama tiga tahun. Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda bisa saja membuat kesepakatan," katanya.
OPTIMISTrump mengaku optimistis perjanjian damai bisa dicapai di
Ukraina usai pertemuan Menlu
AS Marco Rubio dan Menlu
Rusia Sergey Lavrov di Riyadh.
Kedua menlu tersebut dilaporkan telah menyepakati pembentukan tim untuk menyelesaikan perang
Rusia di
Ukraina.
Politikus Partai Republikan itu menyebut Presiden
Rusia ingin menghentikan perang. Trump pun mengaku akan bertemu
Putin kemungkinan pada bulan ini.
"Mereka (
Rusia) sangat baik.
Rusia ingin melakukan sesuatu. Mereka ingin menghentikan barbarisme bengis ini," kata Trump dikutip Al Jazeera.
Lebih lanjut, Trump mendorong pemilu dilakukan di
Ukraina. Presiden itu mengklaim tanpa bukti bahwa tingkat kepuasan publik terhadap Zelenskyy hanya mencapai 4 persen.
Menurut survei Institut Internasional Sosiologi Kiev pada Desember 2024, tingkat kepuasan publik terhadap Zelenskyy sebesar 52 persen, turun dari periode sebelumnya.(**)